1 tahun disway

Kesepakatan Global $200 Miliar untuk Konservasi di Forum United Nations: Indonesia Dapat Apa?

Kesepakatan Global $200 Miliar untuk Konservasi di Forum United Nations: Indonesia Dapat Apa?

--

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Masalah lingkungan semakin hari makin mendesak. Deforestasi, hilangnya spesies, polusi, dan perubahan iklim buat banyak negara mulai serius cari solusi. Kali ini, melalui forum United Nations di Roma yang berlangsung hingga (03/02) akhirnya terjadi kesepakatan untuk mengumpulkan dana sebesar $200 miliar per tahun sampai 2030 demi menyelamatkan alam.

Kesepakatan ini dihadiri berbagai organisasi lingkungan, serta lembaga keuangan global. Tujuan utamanya jelas: melindungi keanekaragaman hayati, pembangunan berkelanjutan berbasis lingkungan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Negara-negara yang terlibat dalam kesepakatan ini didominasi negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang, dan Prancis yang menyumbang dana. Sementara itu, negara-negara berkembang seperti Indonesia, Brasil, Kongo, dan India akan menjadi penerima manfaat utama karena memiliki ekosistem yang kaya dan rawan eksploitasi. 

Bagi Indonesia, kesepakatan ini bisa jadi berkah kalau dimanfaatkan dengan baik. Dengan hutan hujan tropis yang luas, laut yang kaya, dan spesies langka yang tak ditemukan di tempat lain, negara ini bisa mendapatkan porsi besar dari dana konservasi global.

1. Pendanaan Besar untuk Konservasi Alam

Dengan adanya dana sebesar $200 miliar per tahun, Indonesia bisa mengamankan alokasi anggaran lebih besar untuk melindungi hutan hujan, ekosistem laut, dan satwa liar yang semakin terancam. Selama ini, pendanaan konservasi di Indonesia sering kali terbatas, sehingga banyak proyek yang tertunda atau berjalan setengah hati. Dengan dana ini, kawasan konservasi seperti Taman Nasional Gunung Leuser, Ujung Kulon, dan Raja Ampat bisa mendapatkan perhatian lebih dalam hal patroli, perlindungan habitat, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar agar tak lagi bergantung pada perambahan hutan.

2. Ekowisata Berkelanjutan Bisa Jadi Tulang Punggung Ekonomi

Indonesia punya potensi ekowisata yang luar biasa, tapi pengelolaannya masih jauh dari optimal. Dengan adanya dana dari kesepakatan ini, sektor ekowisata bisa dikembangkan lebih serius. Infrastruktur seperti jalur trekking, fasilitas ramah lingkungan, serta pelatihan untuk pemandu wisata lokal bisa ditingkatkan. Misalnya, kawasan seperti Labuan Bajo dan Raja Ampat bisa lebih siap menerima wisatawan tanpa merusak ekosistemnya. Selain itu, pemerintah bisa mendorong masyarakat untuk lebih aktif mengelola ekowisata berbasis komunitas, sehingga pendapatan dari sektor ini bisa langsung dirasakan oleh warga lokal.

3. Perlindungan Maksimal untuk Spesies Langka

Indonesia adalah rumah bagi beberapa spesies paling langka di dunia, mulai dari harimau Sumatera, orangutan Kalimantan, badak Jawa, hingga burung cendrawasih. Sayangnya, perburuan liar dan kerusakan habitat masih jadi ancaman besar bagi kelangsungan hidup mereka. Dengan dana ini, program konservasi bisa lebih agresif, misalnya dengan memperluas kawasan suaka margasatwa, meningkatkan patroli anti-perburuan, serta memperkuat kerja sama dengan komunitas lokal agar mereka turut serta dalam perlindungan satwa.

4. Meningkatkan Keamanan Pangan dengan Konservasi Hutan

Hutan yang terjaga dengan baik memiliki peran besar dalam menjaga ketahanan pangan. Dengan adanya dana ini, program konservasi bisa lebih difokuskan pada hutan-hutan yang menopang kehidupan masyarakat lokal. Sumber daya seperti tanaman pangan liar, ikan di sungai, dan hasil hutan bukan kayu bisa tetap tersedia untuk komunitas yang bergantung padanya. Selain itu, ekosistem yang sehat akan memastikan keseimbangan air dan tanah yang dibutuhkan untuk pertanian.

5. Peluang bagi Riset dan Inovasi Teknologi Hijau

Dana dari kesepakatan ini bisa dimanfaatkan untuk mendukung penelitian dan inovasi di bidang teknologi hijau. Perguruan tinggi, lembaga riset, dan startup lingkungan di Indonesia bisa mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan solusi yang lebih ramah lingkungan, seperti biofuel, energi terbarukan, atau metode restorasi ekosistem yang lebih efektif.

Sumber: un news

Berita Terkait