Gagas Kembalikan Kawasan Bromo-Semeru jadi Sumber Kehidupan Masyarakat, Rektor UB Usung Pendekatan Kolaboratif
Rektor UB Prof. Widodo saat tampil di Forum Rektor membahas isu lingkungan di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup-.-prasetya.ub.ac.id
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Universitas Brawijaya (UB) menegaskan siap mengambil peran sentral dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Antara lain di kawasan Cagar Biosfer Bromo-Semeru-Arjuno di Jawa Timur.
Berbicara dalam Forum Rektor Perguruan Tinggi 2025 bertema “Kolaborasi Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup” di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta, Senin (28/8) Rektor UB Prof. Widodo mengungkapkan kondisi ekologi kawasan cagar alam di lingkungan tiga gunung tersebut.
Dia menyebut kawasan penyangga biosfer tersebut kini menghadapi tekanan serius akibat pesatnya pertumbuhan ekonomi dan populasi, terutama di wilayah Malang Raya, Kota Batu, dan Kabupaten Malang.
Menurut Rektor UB, kawasan Bromo-Semeru-Arjuno yang dahulu didominasi hutan dan lahan konservasi, kini telah berubah secara masif menjadi vila. Juga, menjadi lahan pertanian, destinasi wisata, dan kawasan permukiman hingga ke lereng-lereng gunung.
Akibatnya, kata Retkor UB, degradasi lahan, deforestasi, serta pencemaran air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas kian meningkat. Yang dipicu oleh limbah domestik maupun pertanian yang tidak terkendali.
BACA JUGA:Momen Hari Harimau 29 Juli, Kenali 9 Tradisi Kearifan Lokal di Indonesia Terkait si Raja Rimba Ini
Kembalikan jadi Sumber Kehidupan Masyrakat
Menanggapi tantangan tersebut, UB menurut Prof. Widodo siap mengambil peran. Peran yang diambil bukan hanya dengan misi menyelamatkan lingkungan.
"Tapi juga menumbuhkan kembali kehidupan dari kawasan ini sebagai sumber kehidupan masyarakat,” tegas Rektor.
Untuk itu, lanjut Rektor, UB mengedepankan pendekatan lintas disiplin dan kolaboratif melalui berbagai program unggulan. Yakni, dengan menggerakkan peran aktif Program Studi Lingkungan Hidup, Fakultas Kehutanan, Pertanian, Biologi, Perikanan dan Kelautan, serta Teknik untuk mendukung konservasi berbasis ilmu pengetahuan.
Selain itu, Prof. Widodo juga menyebut UB Forest yang dikelola sebagai laboratorium alam terbuka, serta Pusat Inovasi Sirkular Ekonomi, ikut berperan penting dalam merancang solusi berbasis teknologi dan keberlanjutan.
BACA JUGA:135 Tahun Wafatnya Vincent van Gogh: Mengenang Seniman Jenius yang Terluka oleh Duka dan Warna
Di depan peserta pertemuan Forum Rektor, Rektor UB lantas memaparkan sejumlah aksi nyata yang telah dijalankan selama ini. Seperti program KKN Desa Iklim dan ProKlim yang fokus pada penguatan kapasitas masyarakat sekitar kawasan biosfer.
UB juga menginisiasi Reforestasi di UB Forest dan TAHURA Cangar, serta program Tetenger Bumi sebagai bentuk reboisasi lahan kritis.
Di sisi hilir, UB mendorong teknologi pengelolaan limbah dan pencemaran melalui AI-Based Waste Management, serta TED dan IT-based surveillance untuk pemantauan lingkungan berbasis data. Pendekatan ini dikombinasikan dengan pengembangan kampus ramah lingkungan (zero waste, green management), eco-farming dan smart farming, konsep green building, serta eco-fisheries yang menyasar rehabilitasi ekosistem perairan seperti terumbu karang dan mangrove.
Sumber: prasetya.ub.ac.id
