1 tahun disway

15 Mei, International Day of Families, Bagaimana Sejarahnya dan Apa Tujuan Perayaannya?

15 Mei, International Day of Families, Bagaimana Sejarahnya dan Apa Tujuan Perayaannya?

International Day of Families 2025 Usung Tema Keluarga Sebagai Tonggak Utama Pembangunan Berkelanjutan-iloveit.net-

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Tanggal 15 Mei selalu diperingati sebagai Hari Keluarga Internasional.

Tidak sekadar selebrasi, Hari Keluarga Internasional tahun ini punya tema yang menggigit: "Family-Oriented Policies for Sustainable Development: Towards the Second World Summit for Social Development."

Tema itu bukan kaleng-kaleng. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ingin mengingatkan: keluarga adalah pusat dari pembangunan berkelanjutan.

Ketika dunia dihadapkan pada perubahan iklim, lonjakan urbanisasi, migrasi, hingga kecanggihan teknologi, kebijakan yang berorientasi pada keluarga jadi tameng penting agar masyarakat tetap kuat, inklusif, dan tangguh.

1. Sejarah Panjang di Balik Hari Keluarga

Isu tentang keluarga bukan hal baru di meja PBB. Sejak awal 1980-an, organisasi ini mulai fokus membahas peran keluarga dalam pembangunan sosial. Pada tahun 1983, Komisi Pembangunan Sosial dan Dewan Ekonomi Sosial PBB merekomendasikan agar Hari Keluarga Internasional ditetapkan setiap tanggal 15 Mei.

Perjalanan resminya dimulai dari resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial tahun 1985, yang meminta Majelis Umum PBB untuk mengangkat isu "keluarga dalam proses pembangunan". Kemudian, pada 9 Desember 1989, keluarlah resolusi 44/82 yang menetapkan Tahun Internasional Keluarga.

Lima tahun setelahnya, tepatnya pada 1993, resolusi A/RES/47/237 secara resmi menetapkan 15 Mei sebagai Hari Keluarga Internasional.

2. Tema 2025: Menatap Puncak Dunia untuk Sosial

Tema tahun ini terasa sangat global: “Menuju KTT Dunia Kedua untuk Pembangunan Sosial.” Artinya, keluarga tidak lagi hanya jadi urusan domestik, tapi bagian penting dalam diskusi internasional.

PBB ingin negara-negara menyiapkan kebijakan yang berorientasi pada keluarga sebagai kunci menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030. Dalam konteks ini, pembangunan sosial tak bisa jalan tanpa memperkuat posisi keluarga di tengah perubahan zaman.

3. Keluarga vs Megatren Dunia

Megatren dunia seperti inovasi teknologi, perubahan demografi, urbanisasi ekstrem, arus migrasi global, dan krisis iklim bisa meluluhlantakkan struktur sosial. Tapi, jika ada kebijakan publik yang memihak keluarga, efek buruk dari megatren ini bisa ditekan.

PBB menyadari bahwa ketahanan sosial berakar pada keluarga. Jika keluarga kuat, masyarakat pun lebih siap menghadapi perubahan global.

Sumber: united nations