1 tahun disway

4 Desember Juga Hari Bank Internasional: Momen Gencarkan Literasi Keuangan, Pinjol Macet Gen Z Melonjak 763%

4 Desember Juga Hari Bank Internasional: Momen Gencarkan Literasi Keuangan, Pinjol Macet Gen Z Melonjak 763%

Peringatan International Day of Banks menegaskan peran vital perbankan dalam stabilitas ekonomi, inklusi keuangan, dan dukungan UMKM di Malang Raya.--getty images

MALANG, DISWAYMALANG.ID--Hari ini, 4 Desember, dunia memperingati Hari Bank Internasional atau International Day of Banks. Hari yang ditetapkan PBB ini sebagai bentuk penghargaan atas peran vital institusi perbankan dalam pembangunan ekonomi, keuangan inklusif, dan pengentasan kemiskinan. 

Bagi Indonesia, peringatan ini relevan karena sektor perbankan, sebagai tulang punggung sistem keuangan nasional. Memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan, stabilitas ekonomi, dan akses ke layanan keuangan bagi masyarakat luas.

Di wilayah seperti Malang Raya, kehadiran bank dan layanan perbankan dapat mendukung perekonomian lokal, UMKM, hingga akses inklusif ke kredit dan tabungan.

Dari Resolusi PBB hingga Realitas Perbankan Indonesia

PBB menetapkan tanggal 4 Desember sebagai Hari Bank Internasional melalui Resolusi 74/245 pada tahun 2019. Alasan penetapannya untuk mengakui potensi besar bank. Khususnya bank pembangunan multilateral dan sistem perbankan nasional dalam mendanai pembangunan berkelanjutan, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan standar hidup masyarakat. 

Bank di dunia dipandang sebagai instrumen utama untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Misalnya melalui pembiayaan infrastruktur, mendukung UMKM, penyediaan kredit akses luas, serta inovasi keuangan yang inklusif. 

Di Indonesia, pada triwulan I 2025, terdapat 1.627 bank , terdiri dari 105 bank umum dan 1.522 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)/Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Jumlah ini mengalami penyusutan seiring dengan penutupan beberapa bank sepanjang tahun 2025.

BACA JUGA:9 Tips Keuangan untuk Mahasiswa Rantau biar Nggak Bokek di Tengah Bulan

Statistik perbankan Indonesia juga menunjukkan bahwa sektor ini relatif sehat: rasio kredit terhadap simpanan (LDR) stabil. Modal memadai, serta tingkat kredit macet (NPL) dalam batas terkendali. Menunjukkan bahwa bank-bank masih cukup mampu mendukung kredit, investasi dan layanan keuangan publik. 

BACA JUGA:OJK Malang Evaluasi Kinerja BPR dan BPRS 2025, Dorong Penguatan Tata Kelola dan Manajemen Risiko

Pinjol Macet Gen Z Melonjak 763 Persen

Terkait perbankan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti tingginya tingkat kredit macet peminjam dana (borrower) di industri pinjaman online (pinjol) yang usianya kurang dari 19 tahun. Berdasarkan statistik OJK, pinjaman perseorangan macet lebih dari 90 hari untuk peminjam usia di bawah 19 tahun melonjak 763% year on year (YoY) pada Juni 2025.

Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura, LKM, dan LJK Lainnya OJK Agusman, lonjakan itu disebabkan oleh rendahnya literasi keuangan.  “Disebabkan oleh rendahnya literasi dan kesadaran pengelolaan keuangan di kalangan generasi muda,” ungkapnya dalam lembar jawaban RDK Oktober 2025.

Agusman menyebut pihaknya telah memperkuat aturan melalui SEOJK 19/2025 yang membatasi usia penerima dana minimal 18 tahun dan penghasilan minimal Rp3 juta.

“Serta terus melakukan edukasi terhadap masyarakat agar bijak dalam menggunakan layanan pinjaman daring [pindar],” tuturnya. Di situlah pentingnya literasi keuangan bagi masyarakat, terutama gen Z.

BACA JUGA:Perang Diskon Online Jelang Akhir Tahun, 9 Tips Belanja Pakai Diskon, Tidak Boros, dan Anti-Menyesal

Menilik statistik OJK, per Juni 2024 jumlah rekening penerima pinjaman aktif untuk usia di bawah 19 tahun ada 2.521 entitas. Sementara itu, pada Juni 2025 menjadi 21.774 entitas. Artinya ada lonjakan signifikan yang terjadi sebesar 763,7% YoY. 

Adapun, outstanding kredit macet pada kelompok usia kurang dari 19 tahun ikut meningkat 96%. Per Juni 2024 mencapai Rp1,75 miliar dan pada Juni 2025 sebesar Rp3,43 miliar.

 

Sebagai informasi, per September 2025, outstanding pembiayaan pinjaman daring (pinjaman daring yang belum lunas, red) mencapai Rp90,99 triliun atau tumbuh 22,16% year-on-year (YoY). Sementara itu, outstanding pembiayaan terhadap sektor produktif menyentuh Rp31,37 triliun. Adapun, tingkat wanprestasi 90 atau TWP90 alias kredit macet industri pinjol masih terjaga pada level 2,82%.

Sumber: the united nations in indonesia