Hari Teh Internasional 15 Desember, Melihat Kebun Teh Wonosari Lawang, Si Tua yang Kian Eksotis
Peringatan International Tea Day 15 Desember jadi momentum global dan lokal di kebun teh Wonosari Lawang Malang. Teh, petani, dan pembangunan berkelanjutan--Instagram Buket Kuneer
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Tanggal 15 Desember diperingati sebagai International Tea Day (Hari Teh Internasional). Kali pertama International Tea Day diperingati pada 15 Desember 2005 di New Delhi oleh kelompok pekerja dan organisasi internasional. Untuk menyoroti dampak perdagangan teh terhadap pekerja dan petani, serta mendorong praktik perdagangan yang adil dan produksi berkelanjutan.
Meskipun Majelis Umum PBB kini secara resmi menetapkan 21 Mei sebagai Hari Teh Internasional versi FAO, tanggal 15 Desember tetap dilestarikan secara luas oleh negara-negara penghasil teh seperti Indonesia, India, Sri Lanka ,dan Vietnam.
Hari ini juga menjadi pengingat bahwa industri teh memiliki peran strategis dalam pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, serta pembangunan pedesaan berkelanjutan, termasuk di Indonesia.
BACA JUGA:Tips Anti-Gagal Tekuni Dunia Startup Terinspirasi dari Perempuan Hebat di InnovateHer Academy 3.0
Kebun Teh Wonosari, Warisan Sejarah Kini Jadi Agrowisata
Jawa Timur sendiri memiliki sejumlah kebun teh yang kini berkembang menjadi agrowisata Salah satu yang tertua dan terkenal keindahannya adalah Kebun Teh Wonosari atau Wisata Agro Wonosari, Lumajang.
Kebun Teh Wonosari merupakan kebun teh tertua di Jawa Timur. Didirikan pada tahun 1875 oleh perusahaan Belanda NV Cultur Maatschappy, menjadikannya kebun teh pertama yang dibuka di Jatim. Dengan demikian hingga kini sudah berusia 150 tahun atau 1,5 abad.
Aset ini juga sempat berada di bawah kuasa Jepang saat Indonesia dijajah Negeri Matahari Terbit itu. Hingga sekarang Kebun Teh Wonosari dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII.
Berdiri di dataran tinggi di lahan seluas 1,14 hektare membuat Kebun Teh Wonosari sebagai destinasi wisata yang menyuguhkan hijau dan sejuknya alam. Pengunjung bisa melihat perkebunan teh dengan latar belakang Gunung Arjuno. Cocok banget buat yang ingin menepi dan refreshing dari rutinitas yang menjenuhkan.
Kebun Teh Wonosari berlokasi di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Wisata ini juga disebut Kebun Teh Lawang karena ada sebagian wilayahnya yang masuk Kecamatan Lawang. Jaraknya hanya sekitar 8 kilometer saja dari pintu tol Lawang bila membawa kendaraan pribadi.
Apabila menggunakan kereta api, stasiun terdekat yaitu Stasiun Lawang. Dari sini bisa menggunakan transportasi atau kendaraan umum untuk menuju Kebun Teh Wonosari.
Wisata Kebun Teh Wonosari buka tiap hari mulai pukul 06.00-22.00 WIB. Pagi hari adalah waktu terbaik buat berwisata ke sini. Saat itu belum terlalu ramai dan udara masih fresh.
Harga tiket masuk pari biasa Rp15.000 sedangkan akhir pekan Rp20.000. Tiket ini berlaku untuk masuk ke Wisata Agro Wonosari. Dikenakan biaya tambahan Rp10.000 saat memasuki kawasan Bukit Kuneer yang merupakan puncak kebun teh yang kaya spot instagramable. Ditambah lagi view hamparan perkebunan teh dan Gunung Arjuno yang sangat terlihat jelas.
Juga tersedia paket petik teh yang dibanderol Rp135.000 per orang dengan fasilitas pengalaman memetik daun teh, kunjungan ke pabrik dan melihat langsung proses pengolahan daun teh, artisan tea, makan siang hingga souvenir ditemani oleh tour guide.
Ribuan pekerja lokal menggantungkan hidup dari sektor ini, mulai pemetik teh, pengolah daun, hingga pekerja pariwisata. Bagi masyarakat Lawang dan sekitarnya, teh menjadi sumber penghidupan yang menyatu dengan kehidupan sosial dan budaya.
Kebun Teh Wonosari memiliki luas sekitar 1.144 hektar, dibagi menjadi Afdeling Wonosari dan Afdeling Gebug Lor. Memproduksi teh hitam dengan sistem pengolahan CTC (Crushing, Tearing, Curling). Memiliki pabrik pengolahan teh hitam CTC dengan luas 2486,5 m² dan menggunakan tata letak proses.
Sistem pengolahan CTC adalah daun teh dihancurkan (crush), disobek (tear), dan digulung (curl) menjadi butiran kecil oleh mesin bergigi. Menghasilkan teh yang cepat menyeduh dan kuat. Berbeda dari teh ortodoks yang digulung secara manual. Proses ini populer untuk teh kantong karena teksturnya yang seragam dan rasa yang intens.
BACA JUGA:Dari Teh hingga Keripik: 9 Cara Seru Olah Daun Kelor yang Kaya Nutrisi
Efek Domino Kebun Teh Wonosari Lawang
- Penciptaan Lapangan Kerja: Menyediakan pekerjaan sebagai buruh harian/tetap di perkebunan dan pabrik pengolahan teh, serta pekerjaan di sektor wisata (pemandu, pengelola homestay).
- Peningkatan Pendapatan: Pelaku usaha lokal seperti pedagang kuliner, suvenir, dan penyedia jasa mendapat penghasilan tambahan dari kunjungan wisatawan.
- Pengembangan Ekonomi Lokal: Mendorong munculnya bisnis pendukung seperti warung makan, penginapan, dan transportasi, serta menciptakan pasar lokal untuk berbagai barang dan jasa.
- Peningkatan Kesejahteraan: Dengan adanya pekerjaan dan peningkatan pendapatan, kesejahteraan masyarakat sekitar meningkat.
- Kontribusi Pendapatan Daerah: Memberikan kontribusi pendapatan bagi pemerintah daerah melalui hasil perkebunan dan pajak pariwisata.
Dampak Agrowisata Wonosari Lawang
- Daya Tarik Wisata: Menjadi destinasi wisata alam yang menawarkan edukasi pertanian, menarik wisatawan, dan meningkatkan sektor pariwisata di wilayah Malang.
- Perubahan Pola Pikir: Membawa perubahan sosial dan memajukan pola pikir masyarakat sekitar karena interaksi dengan wisatawan dan perkembangan ekonomi.
Teh, Pembangunan Berkelanjutan, dan Tantangan Masa Depan
Kembali ke konteks Hari Teh Internasional, dalam konteks pembangunan berkelanjutan, teh memiliki peran strategis. Perkebunan teh berkontribusi terhadap konservasi lahan hijau, penyerapan tenaga kerja pedesaan, serta ketahanan pangan dan ekonomi lokal.
Namun, sektor ini juga menghadapi tantangan serius, mulai regenerasi petani, tekanan pasar global, hingga perubahan iklim yang memengaruhi produktivitas tanaman.
Tak heran banyak kebun teh termasuk di Wonosari, Lawang, upaya diversifikasi dilakukan melalui agrowisata dan edukasi lingkungan. Hal itu menjadi salah satu strategi bertahan. Pengunjung tidak hanya menikmati panorama alam. Tetapi juga belajar tentang proses produksi teh, sejarah perkebunan, dan pentingnya konsumsi yang berkeadilan.
Menurut sejumlah penganut warisan budaya lokal, teh bukan hanya sekadar minuman rutin. Tetapi telah menjadi bagian dari budaya, dari sajian keluarga di pagi hari hingga ritual sosial di tengah komunitas.
Sentuhan aroma teh yang khas dari kebun-kebun ini bahkan ikut menginspirasi sejumlah industri kreatif lokal, mulai teh rasa khas pegunungan hingga produk olahan turunan teh.
Walau demikian, banyak petani menyampaikan bahwa kehadiran pasar dan dukungan kebijakan masih perlu diperkuat agar nilai tambah petani teh bisa meningkat.
BACA JUGA:Teh Indonesia Kehilangan Gaung di Pasar Dunia: Tantangan, Fakta, dan Harapan Kebangkitan 2045
Sumber: united nations
