1 tahun disway

Intermittent Fasting, Tren Diet Kekinian yang Makin Digemari: Ini Tips Aman Memulainya

Intermittent Fasting, Tren Diet Kekinian yang Makin Digemari: Ini Tips Aman Memulainya

Intermitten Fasting Diet--getty images

MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Intermittent Fasting (IF) atau pola makan berkala semakin populer di kalangan remaja hingga pekerja muda Indonesia. Tren yang sebelumnya berkembang pesat di Amerika dan Eropa ini kini menjadi bagian dari gaya hidup sehat generasi urban.

Sejumlah riset internasional menunjukkan IF dapat membantu menurunkan berat badan, memperbaiki metabolisme, dan meningkatkan kesadaran makan (mindful eating) bila dilakukan secara benar.

BACA JUGA:Flexitarian: Pola Makan Fleksibel yang Sehat dan Ramah Lingkungan

Dampak IF Terbukti dalam Studi Ilmiah

Riset yang diterbitkan New England Journal of Medicine (NEJM) menyatakan bahwa intermittent fasting mampu mengoptimalkan proses metabolik tubuh, meningkatkan sensitivitas insulin, serta menurunkan inflamasi ringan. Sementara itu, Harvard TH Chan School of Public Health menjelaskan, IF bekerja dengan memberi waktu bagi tubuh memasuki fase 'metabolic switch', yaitu peralihan dari pembakaran glukosa ke pembakaran lemak.

American Heart Association (AHA) juga menegaskan, IF dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskular bila dikombinasikan dengan asupan makanan seimbang dan aktif bergerak. Meski begitu, AHA mengingatkan, IF bukan untuk semua orang dan perlu dilakukan tanpa ekstrem.

BACA JUGA:Intuitive Eating, Pola Makan Sehat yang Mengajarkan Kita Mengikuti Sinyal Tubuh

Tren IF di Indonesia Terus Meningkat

Berdasarkan laporan Google Trends 2024–2025, pencarian mengenai "intermittent fasting", “IF 16:8”, dan “diet puasa” meningkat signifikan, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Malang. Kenaikan minat ini dipicu oleh konten edukasi yang lebih mudah diakses, pengaruh influencer kesehatan, serta meningkatnya kesadaran generasi muda terkait pola makan terstruktur.

Ahli gizi dari IPB University Dr Tan Shot Yen, dalam beberapa seminar publik juga menyebut, IF mulai diminati karena dianggap lebih fleksibel dan mudah diterapkan dibanding diet restriktif (membatasi atau menghambat) lainnya.

“IF bukan sekadar tren, tetapi cara mengatur pola makan yang lebih mindful (kesadaran penuh). Yang paling penting adalah menjaga kualitas makanan selama jendela makan,” ungkapnya.

BACA JUGA:Kemenkes Ungkap Budaya Diet dan Ngopi Gen Z Percepat Risiko Osteoporosis

Risiko Bila Dilakukan Tanpa Pengetahuan Cukup

Meski populer, IF juga kerap disalahpahami. Beberapa pelajar dan pekerja muda menjalankan IF secara ekstrem, melewatkan hidrasi, hingga makan berlebihan saat jendela makan terbuka. Cleveland Clinic menegaskan, efek seperti pusing, kelelahan, hingga gangguan fokus dapat muncul bila IF dilakukan tanpa persiapan.

Oleh karena itu, pakar nutrisi internasional menyarankan IF dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

BACA JUGA:Rahasia Kulit Sehat: Ini 9 Makanan Alami Penghasil Kolagen

Tips Aman Memulai Intermittent Fasting

Sumber: new england journal of medicine