11 Mei, World Ego Awareness Day: Mengenal Ego State, Cara untuk Memahami Diri dan Orang Lain
World Ego Awareness Day ; Mengenal 3 Jenis Ego State Yang Membentuk Manusia dalam Berperilaku-pinterest-
MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Apa jadinya kalau sebagian dari kita masih “anak kecil”, sebagian lagi “orang tua cerewet”, dan sisanya orang dewasa yang logis — semua bercampur dalam satu tubuh? Itulah gambaran paling sederhana dari konsep ego state (pola perasaan / pengalaman yang berhubungan dengan perilaku).
Teori ini bukan sekadar psikologi dalam buku, tapi nyata dalam cara kita berpikir, merasa, dan bertindak setiap hari.
Konsep ego state pertama kali diperkenalkan oleh Eric Berne dalam Transactional Analysis, lalu diperluas oleh John dan Helen Watkins untuk konteks terapi yang lebih dalam.
Dengan mengenali ego state yang sedang aktif, kita bisa lebih sadar dalam merespons konflik, mengambil keputusan, hingga membina hubungan sosial yang sehat.
1. Apa Saja Ego State?
Ego state yang merujuk pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang terorganisir terbagi dalam berbagai bentuk. Setiap individu punya tiga ego state utama:
1.Parent State(orang tua): hasil internalisasi norma, nilai, dan nasihat dari figur otoritas.
2.Adult State (dewasa): ego rasional, responsif terhadap situasi sekarang dengan logika.
3.Child State (anak): refleksi emosi, impuls, dan pengalaman masa kecil.
Ketiga ego state ini bisa muncul silih berganti dalam hidup kita — bahkan dalam percakapan sehari-hari.
2. Child Ego State: Sisi Emosional yang Penuh Warna
Child ego state mencakup seluruh pengalaman masa kecil, baik yang menyenangkan maupun traumatis. Ada dua sisi utama:
1.Free Child: spontan, kreatif, penuh semangat dan ekspresi bebas.
2.Adapted Child: patuh, ragu-ragu, atau memberontak tergantung pada pengalaman masa lalu.
Sumber: simply psychology
