25 Maret, Hari Waffle Internasional: Ini 9 Hal yang Kamu Harus Tahu Seputar Bisnis Wafel

Waffle-pinterest-
Kalau mau buka bisnis wafel dari rumah, ada beberapa hal yang harus disiapkan, termasuk peralatan, bahan baku, dan strategi pemasaran.
Berikut estimasi rincian biaya awal untuk bisnis wafel skala kecil:
- Waffle maker: Rp300.000 - Rp3.000.000 bergantung jenisnya
- Bahan baku awal (tepung, telur, susu, gula, baking powder, dll.): Rp500.000
- Topping (cokelat, keju, buah, saus, dll.): Rp300.000
- Kemasan dan alat pendukung (boks, kertas minyak, sendok, dll.): Rp200.000
- Modal promosi awal (logo, banner, iklan sosial media): Rp500.000 - Rp1.000.000
- Total estimasi modal awal: Rp2.000.000 - Rp5.000.000
Strategi pemasarannya bisa dimulai dari media sosial, kolaborasi dengan influencer lokal, atau menawarkan promo khusus untuk pembelian pertama. Jika ingin buka di lokasi fisik seperti food court, tambahan biaya sewa tempat perlu dipertimbangkan!
6. Wafel Sehat: Ada Pasarnya?
Pasar makanan sehat makin berkembang. Wafel keto, gluten-free, atau berbahan organik mulai dilirik. Hearty Waffles menawarkan wafel bebas gluten dengan banderol harga premium, sekitar Rp60.000 per porsi.
Memang segmennya lebih kecil dan harga lebih mahal, tapi konsumennya loyal. Biasanya dibeli oleh mereka yang sadar pola makan, seperti komunitas diet keto atau vegan. Tantangannya? Menjaga rasa tetap enak meskipun menggunakan bahan alternatif seperti tepung almond atau oat.
7. Wafel di Aplikasi Online: Main di Volume
Bisnis wafel yang sukses di online biasanya main di volume. Harga kompetitif dan promosi diskon jadi strategi utama. Contohnya, di GoFood tawarkan promo “Buy 1 Get 1” tiap weekend, menarik banyak pelanggan meskipun margin per porsi lebih kecil.
Namun, bisnis ini harus siap menghadapi tantangan ongkir dan perang harga dengan kompetitor. Jika tidak punya strategi diferensiasi yang kuat, sulit bersaing dengan brand besar.
8. Mesin Wafel: Investasi atau Beban?
Mau jualan wafel berarti harus punya mesin. Ada yang murah (Rp300 ribuan), ada juga yang profesional (Rp3 juta ke atas). Pemain bisnis harus mempertimbangkan apakah ingin investasi alat premium seperti mesin otomatis yang bisa memasak beberapa wafel sekaligus, atau cukup dengan waffle maker biasa untuk produksi kecil.
Semakin bagus mesinnya, semakin efisien produksi. Tapi, apakah worth it? Itu tergantung skala bisnis. Jika targetnya produksi massal, investasi mesin mahal bisa mempercepat balik modal.
9. Masa Depan Bisnis Wafel
Bisnis wafel tetap punya prospek, tapi butuh inovasi. Tren makanan cepat berubah. Pemain yang bertahan biasanya yang berani eksperimen. Misalnya, di Jepang sudah muncul wafel berbahan dasar ubi ungu dan teh hijau, yang disukai pasar lokal.
Di Indonesia, potensi masih besar, terutama jika ada adaptasi dengan selera lokal. Misalnya, wafel dengan topping klepon atau durian bisa jadi daya tarik baru. Inovasi seperti ini yang bisa membuat bisnis wafel terus bertahan!
Masih Layak Digarap?
Bisnis wafel bukan sekadar tren sesaat. Selama ada permintaan, peluang tetap terbuka. Yang penting, tahu target pasar dan berani beradaptasi.
Jadi, masih tertarik terjun ke bisnis wafel?
Sumber: wpbn