#Kabur Aja Dulu Masih Ramai, Pengamat: Fenomena Brain Drain

#Kabur Aja Dulu Masih Ramai, Pengamat: Fenomena Brain Drain

Kanada, negara yang termasuk favorit incaran mereka yang ingin bekerja di luar negeri--iCAN Education

JAKARTA, DISWAYMALANG.ID - Beberapa waktu ini, lini masa media sosial X dihebohkan dengan gaungan tagar #Kaburajadulu. Tagar ini berisikan ajakan dari para warganet untuk melarikan diri dari Indonesia untuk bekerja atau menetap di luar negeri sebagai Warga Negara Asing.

Tagar ini sendiri dinilai muncul sebagai bentuk kekecewaan masyarakat akan instruksi efisiensi atau pemangkasan anggaran oleh Presiden RI Prabowo Subianto kepada para Kementerian atau Lembaga.

"Selain gaji dan peluang karir yg jauh lebih besar, fasilitas pendidikan di sana juga jauh lebih baik dibandingkan di Indonesia,” tulis pengguna akun @p*l**, dikutip pada Sabtu 15 Februari 2025.

Sementara itu menurut Pakar Bisnis Profesor, Rhenald Kasali, fenomena ini sendiri sejalan dengan fenomena yang dikenal sebagai 'Brain Drain'. Fenomena Brain Drain sendiri adalah fenomena dimana orang-orang terpelajar atau profesional memilih untuk meninggalkan negara asal mereka untuk bekerja di luar negeri.

"Yang positif mengatakan ini adalah hak setiap warga negara untuk mencari pekerjaan yang layak dan pindah kemanapun yang mereka suka," ujar Rhenald lewat akun Instagram resminya, @rhenald.kasali, pada Sabtu 15 Februari 2025.

BACA JUGA:Maraknya Fenomena Brain Drain: Tantangan Global yang Juga Dialami Indonesia

Menurut Rhenald, fenomena ini juga banyak dialami oleh para pelaku usaha swasta atau yang berasal dari Start-Up. Menurutnya, fenomena ini berasal dari kekecewaan para pelaku usaha atas banyaknya hambatan dalam membangun usaha di Indonesia.

"Orang kalau mau buka usaha sekarang juga takut sama preman, yang bisa segel pabrik dan usaha mereka, dan didiamkan. Ini tentunya sangat mengganggu pikiran publik yang mau investasi," ucap Rhenald.

Tidak hanya itu, Rhenald juga menambahkan bahwa saat ini negara-negara lain juga memiliki daya tarik tersendiri. Contohnya seperti Kanada, yang memiliki jalur untuk visa express untuk bekerja sama, yang dipastikan menghindari percaloan.

Contoh lainnya adalah Jepang, yang membuka lahan-lahan pertanian serta rumah-rumah yang sudah tidak berpenghuni."Vietnam saja sekarang bagus dan pastinya butuh tenaga kerja, demikian pula dengan negara-negara Eropa lainnya. Jadi kesempatan itu memang terbuka luas," tutur Rhenald. (*)

Sumber: