Difabel Pecinta Alam Diberi Pelatihan Produksi Film Dokumenter

Salah satu pelatihan bagi anggota Dipfala di Gunung Wadon, beberapa waktu lalu-lingkarsosial.org-lingkarsosial.org
BLIMBING, DISWAYMALANG.ID--Komunitas Difabel Pecinta Alam (Difpala) menggelar pelatihan dasar film dokumenter bagi anggotanya di Gedung Malang Creative Center (MCC), Blimbing. Kota Malang, pada Rabu (19/2). Program ini bertujuan untuk membekali penyandang disabilitas dengan keterampilan mendokumentasikan perjalanan dan kegiatan mereka secara mandiri.
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program Disability Seven Summits Indonesia, sebuah gerakan yang menantang anggota Difpala untuk menaklukkan tujuh gunung di Indonesia.
Pelatihan ini berawal dari pengalaman Taufan Agustyan saat ikut dalam deklarasi Disability Seven Summits Indonesia di Gunung Kawi awal Desember lalu. Pegiat sinema arek Malang ini saat itu ikut untuk mendokumentasikan momen deklarasi tersebut.
Dalam proses tersebut, sutradara film "Darah Biru Arema" melihat secara langsung tantangan dan kendala yang dihadapi para penyandang disabilitas dalam merekam perjalanan mereka.
Menyadari pentingnya dokumentasi bagi komunitas Difpala, Taufan berkomitmen untuk memberikan pelatihan film dokumenter secara berkelanjutan. Tujuan utamanya, untuk membekali anggota Difpala dengan keterampilan teknis dalam produksi film. Sehingga mereka dapat secara mandiri membuat dokumentasi perjalanan mereka ke berbagai gunung di Indonesia.
Lalu, Taufan mengusulkan untuk memberikan pelatihan dasar dokumentasi. Sekaligus, dia yang bertindak memberi materi pelatihan.
Melalui pelatihan ini, sineas muda yang juga alumnus Universitas Muhammadiyah Malang ini berharap anggota Difpala dapat mengembangkan kemampuan teknis mereka dalam pembuatan film dokumenter. Mulai dari proses pra-produksi, pengambilan gambar, hingga editing.
Jadi Komunitas Kreatif
Pelatihan ini diharapkan dapat membuka peluang bagi penyandang disabilitas untuk terlibat dalam dunia industri kreatif, baik sebagai pembuat film, editor, maupun produser dokumenter. Selain itu, dengan kemampuan yang diperoleh, mereka dapat mendokumentasikan perjalanan mereka sendiri tanpa harus bergantung pada pihak luar.
“Kami ingin Difpala tidak hanya dikenal sebagai komunitas pendaki, tetapi juga sebagai komunitas kreatif yang menghasilkan karya-karya inspiratif,” ujar Ken Kerta, selaku pendiri Difpala.
Dengan adanya pelatihan ini, Difpala berharap dapat terus berkembang dan menginspirasi lebih banyak orang. Mereka juga membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk mendukung program ini, baik melalui kolaborasi maupun penyebarluasan karya-karya dokumenter mereka. (*)
Sumber: