1 tahun disway

9 Hal Penting Doomscrolling: Kebiasaan Scroll Tanpa Henti yang Menggerus Kesehatan Mental Gen Z

9 Hal Penting Doomscrolling: Kebiasaan Scroll Tanpa Henti yang Menggerus Kesehatan Mental Gen Z

Doomscrolling: Kebiasaan Scroll Tanpa Henti yang Menggerus Kesehatan Mental Gen Z--getty images

MALANG, DISWAYMALANG.ID--Scroll sebentar berubah menjadi satu jam. Berniat mencari hiburan justru berujung rasa cemas, lelah, dan pikiran penuh. Inilah yang kini dikenal sebagai doomscrolling, kebiasaan mengonsumsi konten negatif secara berlebihan, terutama lewat ponsel. Fenomena ini makin lekat dengan kehidupan kaum Gen Z yang tumbuh di tengah arus informasi tanpa henti.

WHO sejak pandemi menyoroti bahaya infodemic, yakni banjir informasi yang bercampur antara fakta, opini, dan kabar menyesatkan. Dalam jangka panjang, paparan informasi negatif yang terus-menerus terbukti berdampak pada kesehatan mental.

BACA JUGA:9 Karbohidrat Pengganti Nasi untuk Diet Rendah Gula, Tetap Kenyang Tanpa Lonjakan Gula Darah

Berikut 9 hal penting tentang doomscrolling dan dampaknya bagi Gen Z menurut perhatian WHO:

1. Doomscrolling berkaitan langsung dengan kecemasan
WHO menjelaskan bahwa paparan berita negatif yang berulang dapat meningkatkan rasa takut dan ketidakpastian. Doomscrolling membuat otak terus berada dalam mode waspada, seolah ancaman selalu dekat.

2. Otak kesulitan berhenti karena mekanisme stres
Konten buruk memicu respons stres, tetapi juga rasa ingin tahu. WHO menilai kombinasi ini membuat individu sulit menghentikan konsumsi informasi, meski secara emosional sudah lelah.

3. Doomscrolling memperparah anxiety yang sudah ada
Bagi Gen Z yang rentan cemas, doomscrolling dapat memperkuat pikiran negatif. WHO mencatat bahwa kecemasan dapat meningkat ketika individu terus terpapar narasi krisis tanpa jeda.

4. Kelelahan mental muncul tanpa disadari
WHO menekankan bahwa kelelahan mental tidak selalu datang dari kerja fisik. Paparan informasi berlebihan membuat otak kehabisan kapasitas untuk memproses emosi secara sehat.

5. Sulit tidur menjadi dampak lanjutan
Doomscrolling sering terjadi di malam hari. WHO menjelaskan bahwa stimulasi emosional dan cahaya layar sebelum tidur mengganggu ritme biologis, membuat tidur sulit dan tidak berkualitas.

6. Konsentrasi dan produktivitas menurun
WHO mengaitkan overload informasi dengan penurunan fokus. Gen Z yang terbiasa doomscrolling cenderung sulit berkonsentrasi dan mudah terdistraksi keesokan harinya.

7. Persepsi dunia menjadi lebih negatif
Paparan terus-menerus terhadap berita buruk membentuk pandangan bahwa dunia selalu dalam kondisi krisis. WHO menilai hal ini dapat meningkatkan rasa putus asa dan pesimisme, terutama pada generasi muda.

8. Doomscrolling berkaitan dengan isolasi sosial
Meski selalu online, Gen Z bisa merasa semakin sendirian. WHO mencatat bahwa konsumsi informasi pasif tidak menggantikan interaksi sosial yang sehat dan bermakna.

9. Mengelola konsumsi informasi adalah langkah preventif
WHO mendorong literasi informasi dan pembatasan paparan konten negatif sebagai bagian dari menjaga kesehatan mental. Bukan berarti menghindari berita, tetapi memilih waktu, sumber, dan batas yang sehat.

BACA JUGA:Nomophobia, Ketika Jauh dari Ponsel Memicu Cemas pada Gen Z menurut WHO

Doomscrolling adalah contoh nyata bagaimana teknologi mengubah cara manusia merespons dunia. Bagi Gen Z, kebiasaan ini sering dianggap sepele, padahal dampaknya perlahan menggerus ketenangan batin.

WHO mengingatkan bahwa menjaga kesehatan mental di era digital bukan soal menjauh dari informasi, melainkan belajar berhenti sebelum pikiran kelelahan.

Sumber: world health organization (who)