Di Balik Hidup Serba Cepat: 9 Kebiasaan Berbahaya Gen Z menurut Temuan WHO
Vaping menjadi salah satu kebiasaan berbahaya kaum Gen Z menurut temuan WHO--getty images
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Generasi Z (kelahiran 1997 hingga 2012) tumbuh pada masa ketika hidup serba cepat dan serba terhubung. Mereka terbiasa berpindah dari satu layar ke layar lain, memadukan pekerjaan dengan hiburan tanpa jeda, dan menata hidup dalam ritme digital yang tidak pernah berhenti. Di balik kelincahan itu, ada konsekuensi yang sering tidak terasa.
WHO, dalam berbagai laporan dan panduannya, melihat pola baru dalam gaya hidup generasi muda ini yang perlahan berubah menjadi risiko kesehatan. Risikonya tidak hadir dalam bentuk penyakit mematikan. Ia datang dari kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari. Pelan, rutin, dan tanpa disadari.
Berikut ini 9 kebiasaan berbahaya kaum Gen Z menurut temuan WHO:
1. Tidur kurang dari 6 jam
WHO mencatat bahwa kualitas tidur buruk terkait langsung dengan meningkatnya kecemasan, menurunnya imunitas, hingga risiko gangguan metabolik. Banyak anak muda terjebak dalam pola tidur terpotong oleh notifikasi, tugas kuliah, atau pola kerja fleksibel. Tubuh dipaksa tetap aktif meski mata menolak membuka.
2. Konsumsi minuman manis dan makanan ultra-proses
WHO sudah lama memperingatkan bahwa gula berlebih berkaitan dengan obesitas dan diabetes pada usia produktif. Sayangnya, tren minuman kekinian justru semakin kuat. Gula hadir dalam bentuk yang lebih menggoda, lebih estetik, lebih sulit ditolak.
BACA JUGA:Healing Through Music: Bagaimana Musik Membantu Kesehatan Mental Gen Z versi WHO
3. Duduk terllau lama
WHO menyebutkan bahwa remaja secara global adalah kelompok yang paling tidak aktif secara fisik. Budaya kerja laptop, menonton sepanjang malam, dan gaya hidup berbasis layar membuat tubuh jarang digerakkan dengan intensitas yang cukup. Akibatnya tidak hanya pegal, tetapi penurunan kapasitas kardiovaskular.
4. Screen time berlebihan
Tidak ada batas angka resmi WHO untuk kelompok usia dewasa muda, tetapi dampaknya terlihat jelas. Paparan cahaya layar menekan kualitas tidur, memicu stres, dan mengganggu fokus. Bagi anak muda yang sehari bisa berpindah dari ponsel ke laptop lalu ke tablet, jeda menjadi barang mewah.
5. Vaping atau rokok elektrik
WHO menyatakan kekhawatiran serius terhadap meningkatnya adiksi nikotin pada remaja akibat rokok elektrik. Produk ini kerap dianggap lebih aman, padahal tidak. Kandungan nikotinnya tetap memicu kecanduan, sementara long term effect-nya belum sepenuhnya terpetakan.
Sumber: world health organization (who)
