Di Balik Hidup Serba Cepat: 9 Kebiasaan Berbahaya Gen Z menurut Temuan WHO
Vaping menjadi salah satu kebiasaan berbahaya kaum Gen Z menurut temuan WHO--getty images
6. Mengabaikan kesehatan mental
Laporan WHO menunjukkan lebih dari setengah gangguan mental dimulai pada usia 14 hingga 25 tahun. Namun banyak anak muda memilih berpura-pura kuat, atau mengalihkan perhatian melalui hiburan tanpa pernah benar-benar memproses beban emosinya.
7. Makan tidak teratur
WHO memasukkan pola makan teratur sebagai bagian dari gizi seimbang. Tetapi pagi hari bagi banyak Gen Z hanya diisi kopi susu dingin dan perjalanan cepat menuju kampus atau tempat kerja. Energi dipaksa keluar tanpa fondasi nutrisi.
8. Kurangnya aktivitas fisik intensitas sedang-berat
WHO menganjurkan minimal seratus lima puluh menit aktivitas fisik per minggu. Namun kenyataannya, waktu untuk bergerak sering kalah oleh tuntutan akademik, pekerjaan, dan hiburan digital.
9. Konsumsi konten media sosial yang merusak citra diri
WHO menyoroti bahwa paparan standar kecantikan tidak realistis dapat meningkatkan risiko kecemasan, depresi, dan gangguan makan. Generasi yang tumbuh dalam dunia visual serba instan sering terjebak membandingkan hidupnya dengan potongan terbaik hidup orang lain.
BACA JUGA:Tren Diet Ekstrem One Meal a Day: Manfaat, Risiko, dan Tips Aman Memulai
Sembilan kebiasaan ini bukan vonis, tetapi pengingat. Teknologi boleh berkembang, gaya hidup boleh berubah, tetapi tubuh dan pikiran manusia tetap membutuhkan ritme yang sehat. WHO telah memberi sinyal bahaya.
Tugasnya kini ada pada generasi muda itu sendiri untuk mendengarnya, sebelum suara peringatan itu datang dalam bentuk keluhan tubuh ataupun kesehatan mental yang mulai goyah.
Kesadaran tidak harus lahir dari rasa takut. Ia bisa dimulai dari perubahan kecil. Menutup layar lebih cepat, bergerak sedikit lebih lama, makan sedikit lebih teratur, tidur sedikit lebih awal. Langkah-langkah sederhana ini mungkin tampak biasa, tetapi menjadi fondasi yang menentukan masa depan generasi yang akan memimpin dunia di usia paling produktif mereka.
Sumber: world health organization (who)
