1 tahun disway

Hari Bhakti Transmigrasi 12 Desember: Ini Sejarahnya dan Beda Transmigrasi Dulu-Kini!

 Hari Bhakti Transmigrasi 12 Desember: Ini Sejarahnya dan Beda Transmigrasi Dulu-Kini!

Salah satu contoh perumahan bagi transmigran yang disiapkan pemerintah.-Antara---

MALANG, DISWAYMALANG.ID–Hari Bhakti Transmigrasi (HBT) adalah sebuah momen penting yang diperingati setiap tahun di Indonesia sebagai bentuk penghargaan terhadap program transmigrasi yang telah berperan besar.

Program transmigrasi di Indonesia dimulai pada masa pemerintahan kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintahan Indonesia setelah kemerdekaan. Pada masa kolonial, Belanda memulai program ini sebagai bagian dari kebijakan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di wilayah Indonesia. Terutama di luar Pulau Jawa dan Pulau Bali yang sudah lebih dulu berkembang.

Namun, program tersebut baru diwujudkan setelah Indonesia merdeka dan mulai diimplementasikan secara resmi pada 12 Desember 1950. Tujuan utama dari program transmigrasi adalah untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Bali.

Sementara itu, banyak wilayah di luar Pulau Jawa dan Bali, seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, yang sangat luas namun rendah dalam hal kepadatan penduduk. Program transmigrasi bertujuan untuk mendistribusikan penduduk secara lebih merata ke wilayah-wilayah tersebut agar pembangunan dapat lebih merata dan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada.

Hari Bhakti Transmigrasi kali pertama diperingati pada 12 Desember 1973. Untuk mengenang langkah besar pemerintah Indonesia dalam mengimplementasikan program transmigrasi. Tanggal 12 Desember dipilih karena pada ada peristiwa pada tanggal tersebut pada 1950.

Saat itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Sosial mengeluarkan kebijakan pertama yang mendorong program transmigrasi di tanah air.  Yaitu, mengirimkan para penduduk dari Pulau Jawa, Bali, dan Madura ke wilayah-wilayah yang lebih jarang penduduknya.

Para transmigran ini dibekali dengan berbagai bantuan. Baik dalam bentuk alat pertanian, pemukiman baru, maupun pelatihan keterampilan. Selain itu, mereka juga diberi bantuan berupa uang tunai dan pangan selama masa transisi untuk memulai kehidupan baru di daerah yang mereka tinggalkan.

Selama bertahun-tahun, program ini mengalami berbagai perkembangan, termasuk penambahan wilayah tujuan transmigrasi dan pembenahan infrastruktur yang mendukung kehidupan mereka di daerah baru.

Transmigrasi menjadi salah satu upaya besar dalam pemerataan pembangunan, meski tidak tanpa tantangan. Keberhasilan program ini sering terhambat oleh kendala-kendala sosial, ekonomi, dan budaya.

Termasuk ketidaksiapan daerah tujuan dalam menyambut pendatang baru serta perbedaan budaya yang bisa menyebabkan gesekan antarkelompok masyarakat.  Kendati demikian, Hari Bhakti Transmigrasi tetap menjadi simbol perjuangan dan harapan bagi ribuan transmigran yang berhasil mengubah nasib mereka di tempat-tempat baru.

Program transmigrasi tidak hanya menjadi solusi untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Bali. Tetapi juga berperan penting dalam pemerataan pembangunan di Indonesia. Salah satu dampak positif yang terlihat adalah pengembangan sektor pertanian di daerah-daerah yang sebelumnya kurang berkembang.  

Era Kini: Ciptakan Pusat Ekonomi Berbasis Sumber Daya Lokal  

Sementara itu, program transmigrasi terbaru 2025 fokus pada transformasi dan pengembangan kawasan sebagai pusat ekonomi baru, dengan program unggulan 5T (Trans Tuntas, Trans Lokal, Trans Patriot, Trans Gotongroyong, Trans Karya Nusantara). Mengedepankan pemberdayaan masyarakat lokal, berbasis permintaan daerah, digitalisasi data, dan integrasi dengan pembangunan nasional. Bukan lagi hanya pemindahan penduduk, untuk mencapai pemerataan ekonomi dan kesejahteraan.

Dalam hal ini, 45 kawasan transmigrasi prioritas nasional direvitalisasi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Mengutamakan warga setempat untuk membangun kesejahteraan dari dalam, dengan pendatang selektif sebagai pelatih.

Daerah Transmigrasi 2025:

 

  • Sulawesi: Poso (Kab. Poso), Tubbi Taramanu (Kab. Polewali Mandar), Pitu Riase (Kab. Sidrap), Torire (Kab. Poso), Mahalona (Kab. Luwu Timur).
  • Kalimantan: Kaltim (Kab. Paser, Kutai Timur), Kalteng (Kab. Sukamara). 
  • Juga, Ketungau Hulu (Sintang, Kalbar), Lamunti (Kapuas, Kalteng), Jelai (Sukamara, Kalteng).
  • Nusa Tenggara Timur (NTT): Sumba Timur (Kab. Melolo).
  • Nusa Tenggara Barat (NTB): Tambora (Kab. Bima), Labangka (Kab. Sumbawa), Tongo Sekongkang (Kab. Sumbawa Barat), Selaparang (Kab. Lombok Timur).
  • Papua: Distrik Sidey (Manokwari) sedang dalam proses survei untuk kawasan baru. Juga, Kabupaten Sorong, Papua Barat
  • Sumatera: Riau (Kab. Bengkalis, Inhil) juga sedang menyiapkan lokasi baru seperti Pulau Rupat dan Pulau Burung. Juga, Simeulue (Aceh), Sijunjung (Sumbar), PALI (Sumsel), Ogan Ilir (Sumsel).
  • Maluku: Patle'an (Halmahera Timur, Malut), 

Terkait program tersebut, pemerintah juga telah menjalankan Tim Ekspedisi Patriot. Dengan mengerahkan peneliti muda dari kampus ke daerah transmigrasi, untuk mengidentifikasi potensi dan pengembangan komoditas unggulan. Program ini berlangsung sejak 2025. Disususl dengan pendataan dan integrasi data kawasan transmigrasi secara digital.

Sumber: disway.id