1 tahun disway

Dosen dan Tendik UM Dilatih Penataan Ruang Belajar bagi Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

Dosen dan Tendik UM Dilatih Penataan Ruang Belajar bagi Mahasiswa Berkebutuhan Khusus

Kepala Pusat Layanan Penyandang Berkebutuhan Khusus LPPP UM, Dr. Imanuel Hitipeuw, M.A. menjelaskan Penataan Fisik Kelas Berbasis UDL.--um.ac.id

LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID–Komitmen Universitas Negeri Malang (UM) mendukung pelaksanaan pendidikan inklusif dan setara bagi siapapun kembali diwujudkan. Kali ini dengan menggelar pelatihan bertajuk “Peningkatan Keterampilan Penataan Fisik Kelas Berbasis Universal Design for Learning (UDL)”, bagi para dosen dan tenaga kependidikan (tendik).

Pelatihan digelar Jumat (13/6) di Aula Gedung B17 LPPP UM ini dimulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Sebagaj narasumber, Ketua Departemen Pendidikan Khusus, FIP UPI, Dr. Yuyus Suherman, M.Si. dan Kepala Pusat Layanan Penyandang Berkebutuhan Khusus LPPP UM, Dr. Imanuel Hitipeuw, M.A.

Melalui pelatihan yang diorganisasi oleh  Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LPPP) ini, peserta  diajak memahami dan merancang ruang belajar yang ramah bagi mahasiswa tunanetra.

BACA JUGA:Mahasiswa Arsitektur UB Gelar ARSIR 2025

Desain Inklusif, Aksesibel dan Nyaman

Dr. Yuyus Suherman, M.Si. menyampaikan materi mengenai penataan lingkungan fisik kelas. Desain kelas berbasis Universal Design for Learning (UDL) bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, aksesibel, dan nyaman bagi seluruh mahasiswa, termasuk mereka yang memiliki hambatan penglihatan.

‘’Akses fisik perlu diperhatikan dengan serius, seperti penyediaan pintu yang lebar serta ramp atau jalur landai yang memudahkan mobilitas pengguna kursi roda. Navigasi di ruang kelas juga didukung oleh penanda dengan huruf Braille dan penggunaan kombinasi warna kontras tinggi yang membantu mahasiswa tunanetra maupun yang memiliki penglihatan terbatas (low vision) untuk mengenali area secara mandiri,’’ jelasnya.

Selain itu, pengaturan tempat duduk juga harus fleksibel yang memungkinkan mahasiswa memilih posisi yang sesuai dengan kebutuhannya. Disediakan meja khusus yang dilengkapi fitur penyesuaian tinggi serta perangkat teknologi untuk alat bantu.

’’Penempatan mahasiswa dengan kebutuhan khusus juga diatur secara strategis agar dekat dengan sumber suara atau materi. Selain itu, pencahayaan ruang kelas diatur agar cukup terang namun tidak menyilaukan, sehingga membantu orientasi visual bagi mahasiswa dengan penglihatan terbatas. Aspek akustik juga menjadi perhatian pentingdengan penggunaan material peredam suara untuk meminimalkan kebisingan dan memastikan suara dari dosen atau alat bantu dengar dapat terdengar dengan jelas dan tidak terganggu gema,’’ lanjutnya.

Dukungan teknologi menjadi elemen vital dalam kelas UDL. Perangkat seperti screen reader, braille display, audio amplifier, serta komputer dengan perangkat lunak aksesibilitas disediakan untuk memastikan bahwa mahasiswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara mandiri dan setara.

BACA JUGA:Pemkab Malang Maju Terus dengan Program Sekolah Unggulan, Mulai Gencarkan Sosialisasi

Bukan Semata Infrastruktur

Sementara itu, Dr. Imanuel Hitipeuw, M.A., menilai bahwa Desain kelas yang  inklusif bukan hanya soal infrastruktur, tapi bagaimana kita menciptakan ruang yang bisa diakses, dipahami, dan digunakan oleh semua mahasiswa tanpa kecuali.

‘’Desain ruang kelas yang inklusif bukan hanya soal fasilitas, tetapi juga tentang menciptakan rasa aman dan nyaman bagi semua mahasiswa. Kita ingin memastikan setiap mahasiswa, termasuk mereka yang memiliki hambatan penglihatan, dapat belajar secara optimal,” ujarnya.

Aksesibilitas bukan berarti memberikan perlakuan khusus, melainkan memastikan setiap individu memiliki kesempatan yang sama dalam belajar. Di berbagai perguruan tinggi di luar negeri, penyandang disabilitas bukan kelompok yang dikasihani, melainkan difasilitasi agar bisa melakukan aktivitas secara mandiri.

Sumber: um.ac.id

Berita Terkait