1 tahun disway

Tumbuhkan Cinta di Ruang Kelas: UM Bangun Pendidikan Berbasis Empati dan Kolaborasi

Tumbuhkan Cinta di Ruang Kelas: UM Bangun Pendidikan Berbasis Empati dan Kolaborasi

Seminar nasional Universitas Negeri Malang tentang pendidikan berbasis integrasi cinta kolaborasi dan pembelajaran mendalam generasi emas-um.ac.id-

MALANG, DISWAYMALANG.ID–Cinta bukan hanya sekadar perasaan, tetapi menjadi fondasi penting dalam membentuk karakter dan empati generasi muda. Semangat ini ditegaskan Universitas Negeri Malang (UM) melalui Seminar Nasional bertajuk “Mengintegrasikan Cinta, Kolaborasi, dan Perangkat Pembelajaran Mendalam bagi Generasi Emas Indonesia”, seperti dikutip dari laman resmi UM. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pusat Mata Kuliah Universitas bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) UM, Senin (3/11) yang lalu.

BACA JUGA: Hari Cinta Puspa & Satwa Nasional, 5 November 2025: Dari Elang Jawa hingga Tukik, Jejak Konservasi di Malang.

Seminar menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Dr. Yuliati Siantajani, M.Pd., direktur LKP Sinau Seumur Hidup sekaligus Ketua Yayasan Sanggar Aksara, serta Dr. Dra. Hj. Umi Dayati, M.Pd., dosen UM sekaligus motivator tingkat ASEAN.

BACA JUGA: Menkeu Minta Maaf soal Polemik Pemotongan TKD, Banggar DPR: Penjelasan Dana Mengendap Tak Logis

Dalam sambutannya, Rektor UM Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. menekankan, cinta dalam pendidikan bermakna proses menjadi, bukan sekadar rasa memiliki. “Cinta adalah keinginan untuk melihat orang yang kita cintai berkembang. Begitu pula dalam pendidikan, guru perlu mencerdaskan dirinya terlebih dahulu sebelum mencerdaskan orang lain,” ujarnya, seperti dikutip dari laman um.ac.id, Rabu (5/11).

BACA JUGA:Prakiraan Cuaca Malang Raya 5 November: Dominasi Awan Tebal dan Potensi Hujan Siang–Sore

Prof. Hariyono juga mengingatkan, konsep cinta dalam pendidikan telah lama diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Menurut dia, lembaga pendidikan seharusnya menjadi taman yang menyenangkan. Peserta didik bisa tumbuh dengan empati, tanggung jawab, dan kemandirian.

Ia menambahkan, makna bermain kini sering disalahartikan sebagai kebebasan tanpa arah. “Bermain bukan sekadar main-main. Dalam bermain ada keseriusan, dan di situlah cinta serta kolaborasi berperan penting,” tegasnya.

BACA JUGA:Kemendag Apresiasi Langkah Menkeu Purbaya Berantas Impor Tekstil Ilegal

Melalui seminar ini, UM berharap nilai cinta bisa menjadi inti dari pembelajaran kolaboratif dan mendalam. Dengan menanamkan semangat kasih dan tanggung jawab sejak dini, UM menargetkan lahirnya generasi emas Indonesia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter, empatik, dan kreatif.

Sumber: um.ac.id