Tangis Haru Iringi 41 Jemaah Haji Kota Malang Berangkat Menuju Tanah Suci di Tengah Sistem Baru
--
KLOJEN, DISWAYMALANG.ID - Sabtu malam (24/5) di halaman Balai Kota Malang, suasana syahdu dan haru menyelimuti momen pelepasan 41 Calon Jemaah Haji (CJH) yang tergabung dalam kloter 81. Di bawah temaram lampu kota dan lantunan doa, keluarga dan pengantar ikut melepas langkah kaki para tamu Allah menuju Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.
Bagi sebagian jemaah, ini bukan sekadar perjalanan spiritual, tapi juga mimpi puluhan tahun yang akhirnya terwujud. Ada yang menabung belasan tahun, ada pula yang harus menunggu antrean panjang hingga akhirnya namanya dipanggil.
“Saya masih tak percaya bisa berangkat tahun ini. Ini doa ibu saya yang sudah meninggal dulu, saya lanjutkan niatnya,” ujar Ahmad Fauzi (59), salah satu jemaah yang tampak berkaca-kaca di kursi tunggunya. Istrinya, Sumini (54), menggenggam erat tangan sang suami sambil menatap koper yang sudah rapi diberi label barcode.
BACA JUGA:Air Mata dan Doa Mengiringi 197 Calon Haji Kota Batu
Total, ada 1.193 CJH asal Kota Malang yang diberangkatkan dalam tujuh kloter berbeda tahun ini: 76, 77, 80, 81, 87, 88, dan 97. Sistem ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya terbagi dalam tiga kloter. Perubahan tersebut terjadi akibat sistem syarikah baru dari Pemerintah Indonesia, yang menyatukan jemaah dari beberapa daerah untuk efisiensi dan keteraturan penyelenggaraan ibadah haji.
Akibatnya, beberapa jemaah yang berasal dari satu kota atau bahkan satu keluarga tak bisa berangkat bersama. Tapi bagi mereka, ini bukan soal bersama atau terpisah, melainkan tentang keberangkatan yang sudah lama dinanti.
“Saya berangkat kloter 81, adik saya di kloter 88. Kami pisah. Tapi ini tetap nikmat luar biasa,” tutur Bu Siti Khotimah (62), sambil tersenyum di balik air mata haru.
Kepala Kantor Kemenag Kota Malang, Achmad Shampton, menjelaskan bahwa sistem syarikah membawa tantangan sekaligus peluang. “Karena kuota dan kombinasi wilayah, tidak semua jemaah bisa satu kloter. Tapi secara teknis, sistem ini memudahkan pengelolaan dan pengawasan,” jelasnya.
Dalam pelepasan malam itu, tak hanya doa dan zikir yang bergema. Tangis keluarga yang tertahan pecah ketika bis mulai bergerak perlahan meninggalkan pelataran Balai Kota. Seorang anak kecil berteriak memanggil neneknya dari balik pagar pembatas. Di sisi lain, seorang ibu terlihat mencium tangan putranya yang akan menunaikan rukun Islam kelima.
Di dalam bus, seorang jemaah membuka mushaf kecil, sementara lainnya memejamkan mata dan berdoa. Tidak banyak kata, hanya keheningan yang berbicara.
Pemerintah Kota Malang sendiri menyampaikan harapannya agar seluruh jemaah bisa menjadi duta bangsa yang santun dan penuh keteladanan. Sebab, Indonesia merupakan negara dengan kuota jemaah haji terbesar di dunia.
Dari Malang ke Tanah Suci, perjalanan para jemaah ini bukan sekadar langkah kaki. Ini adalah kisah pengabdian, kesabaran, dan harapan yang menyeberangi waktu. Dan malam itu, di bawah langit Kota Malang, doa-doa mengiringi langkah mereka menuju panggilan suci yang telah lama dinanti.
Sumber:
