1 tahun disway

Topik Skripsi Unik tapi Literatur Sulit, Tidak Selalu Harus Ganti Judul Kok! Coba 9 Cara Ini

Topik Skripsi Unik tapi Literatur Sulit, Tidak Selalu Harus Ganti Judul Kok! Coba 9 Cara Ini

Membuat Skripsi Dengan Sumber Referensi Yang Sulit Ditemukan-pinterest-

MALANG, DISWAYMALANG.ID --Skripsi tentang tren ‘healing trip’ mahasiswa ke tempat sepi seperti pegunungan. Namun, literatur yang relevan sangat minim.”

Pernyataan semacam itu sering terdengar di ruang-ruang konsultasi skripsi. Mahasiswa menghadapi kesulitan karena topik yang diangkat tidak didukung dengan literatur akademis yang cukup. Namun, tantangannya bukan pada menulis skripsi—melainkan pada bagaimana cara menemukan referensi yang tepat, meski topiknya jarang dibahas.

Skripsi tidak selalu harus mengikuti tren yang sudah ada. Justru, pertanyaan baru dan objek kajian yang belum banyak dibahas sering kali lebih berharga dalam dunia akademik.

Jika fenomena yang diangkat kontekstual dan relevan untuk dikaji, kesulitan dalam menemukan literatur tidak seharusnya menjadi penghalang.

Solusinya? Simak sembilan tips ini?

1. Minim Literatur Bukan Berarti Minim Nilai Akademik

Topik yang jarang dibahas justru membuka peluang untuk kontribusi ilmiah baru. Nilai skripsi tidak ditentukan hanya oleh seberapa banyak referensi yang digunakan, melainkan bagaimana argumen disusun dan relevansi topik dijelaskan. Jika sebuah fenomena dapat dikaji secara logis dan relevan, minimnya literatur seharusnya tidak menjadi masalah.

Contohnya, penelitian mengenai pengaruh penggunaan bahasa campur-campur dalam konten TikTok lokal. Mungkin belum ada jurnal yang secara spesifik membahas hal tersebut, namun dengan membingkainya dan mencari referensinya melalui teori sosiolinguistik dan menjelaskan bagaimana fenomena ini mencerminkan identitas kelas menengah digital, penelitian ini tetap dapat memiliki nilai ilmiah yang tinggi.

2. Strategi Ekspansi Literatur: Berpikir Sejajar, Bukan Persis

Saat menghadapi kesulitan mencari literatur yang identik, penting untuk berpikir secara lateral. Fokus utama adalah mencari kesamaan dalam pendekatan, bukan dalam objek penelitian. Referensi dari bidang lain yang memiliki pola yang sama bisa sangat berguna dalam memperkaya kerangka skripsi.

Misalnya, jika meneliti fenomena “pengaruh terlalu seringnya menonton film sendirian di bioskop sebagai perempuan”, mungkin tidak banyak referensi yang membahas topik ini secara spesifik. Namun, literatur terkait self-care behavior, representasi perempuan dalam ruang publik, atau budaya leisure dari negara lain seperti Jepang dan Korea dapat memberikan wawasan yang relevan maupun penelitian yang searah.

3. Gunakan 'Theoretical Lens', Bukan Sekadar Teori Nama Besar

Seringkali mahasiswa mencari teori dengan nama besar yang populer, padahal yang lebih penting adalah kesesuaian teori dengan konteks penelitian. Gunakan teori sebagai alat untuk menganalisis fenomena, bukan sebagai pajangan dalam skripsi. Pilihlah teori yang fleksibel dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks.

Sebagai contoh, jika meneliti tren pembuatan "second account" Instagram untuk curhat, tidak perlu mencari teori khusus mengenai fenomena tersebut. Sebaliknya, teori Goffman tentang front stage-back stage atau teori identitas digital dari Sherry Turkle dapat menjadi landasan yang sangat berguna untuk menganalisis dan menginterpretasikan fenomena tersebut.

Sumber: quora

Berita Terkait