International Women’s Day 2025: Accelerate Action, For ALL Women and Girls: Rights. Equality. Empowerment

-pinterest-
MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Delapan Maret datang lagi. Slogan kesetaraan kembali terdengar di mana-mana. Kampanye, seminar, dan unggahan media sosial membanjiri lini masa.
Hari Perempuan Internasional.
Tema tahun ini, Accelerate Action, For ALL Women and Girls: Rights. Equality. Empowerment, bukan sekadar pengingat. Ini tamparan keras bagi dunia yang masih setengah hati dalam memperjuangkan kesetaraan. Global Gender Gap Report 2024 mencatat dunia baru mencapai 68.persen kesetaraan gender. Dengan kecepatan seperti ini, kita baru akan mencapai titik 100 persen, lebih dari seabad lagi. Sungguh kemajuan yang membanggakan—jika kita semua hidup selama itu.
Kesetaraan bukan hanya tentang perempuan kota yang duduk di gedung parlemen atau CEO perempuan yang akhirnya bisa memimpin perusahaan. Ini juga tentang buruh perempuan yang masih dibayar murah, anak perempuan yang dipaksa menikah, dan korban kekerasan yang suaranya dibungkam.
Jika akselerasi tidak segera dilakukan, perayaan ini tak akan lebih dari seremonial tahunan yang hampa.
Lalu, di mana letak masalahnya? Berikut sembilan isu mendesak yang harus segera ditindaklanjuti, bukan sekadar dibahas di seminar.
1. Pendidikan: Investasi yang Belum Setara
UNESCO mencatat 129 juta anak perempuan di dunia masih putus sekolah. Sebagian besar karena kemiskinan, pernikahan dini, atau norma sosial yang bias.
Tema IWD 2025 menekankan bahwa hak untuk memperoleh pendidikan harus berlaku untuk semua anak perempuan, tanpa pengecualian. Kesetaraan dalam pendidikan bukan hanya soal jumlah, tetapi juga akses yang adil ke sumber daya dan kesempatan yang sama untuk berkembang.
Laki-laki bisa bermimpi menjadi presiden, ilmuwan, atau pengusaha sukses. Tapi kalau anak perempuan bercita-cita tinggi, kenapa jawabannya masih, "Nanti juga balik ke dapur"?
2. Upah yang Masih Berat Sebelah
Di tingkat global, perempuan masih dibayar rata-rata 20 persen lebih rendah dibanding laki-laki untuk pekerjaan yang sama (ILO / International Labour Organization, 2024). Di Indonesia, data BPS / Badan Pusat Statistik 2023 menunjukkan bahwa perempuan hanya memperoleh 78.persen dari upah laki-laki.
Tema IWD 2025 menegaskan bahwa kesetaraan upah adalah hak, bukan keistimewaan. Jika dunia ingin mempercepat kesetaraan, maka urusan gaji ini seharusnya sudah selesai sejak lama.
Perusahaan suka membanggakan soal keberagaman. Tapi kalau buka slip gaji, apakah isinya juga beragam atau tetap timpang?
Sumber: world health organization (who)