Women's History Month: Mengapa Maret Jadi Bulan Perempuan dan Bagaimana Merayakannya?

Women's History Month: Mengapa Maret Jadi Bulan Perempuan dan Bagaimana Merayakannya?

--shutterstock

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Maret bukan sekadar bulan ketiga dalam kalender. Di banyak negara, bulan ini diperingati sebagai Women's History Month, momen untuk mengenang perjuangan perempuan dalam sejarah dan bagaimana kontribusi mereka membentuk dunia yang kita kenal hari ini.

Tapi, bagaimana awal mula perayaan ini? Mengapa Maret yang dipilih? Dan yang tak kalah penting, bagaimana cara merayakannya dengan lebih dari sekadar unggahan di media sosial?

Untuk menjawab pertanyaan itu, berikut sembilan poin yang menjelaskan sejarah, relevansi, dan cara merayakan Women's History Month dengan lebih bermakna!

1. Sejarah Women's History Month: Dari Satu Hari Jadi Satu Bulan

Awalnya, peringatan ini dimulai sebagai International Women's Day pada 8 Maret. Hari ini dipilih untuk mengenang demonstrasi buruh perempuan di Amerika Serikat pada awal abad ke-20 yang menuntut kondisi kerja yang lebih baik. Seiring waktu, peringatan ini berkembang menjadi satu minggu di Amerika pada tahun 1980-an, hingga akhirnya ditetapkan sebagai bulan penuh oleh pemerintah AS pada 1987.

Kini, banyak negara lain ikut merayakan Women's History Month sepanjang bulan Maret. Gerakan ini semakin kuat karena semakin banyak perempuan yang berani berbicara tentang hak-hak mereka, baik dalam pekerjaan, pendidikan, hingga politik.

2. Mengapa Maret yang Dipilih?

Pemilihan bulan Maret bukan tanpa alasan. Sejarah mencatat bahwa banyak peristiwa penting dalam perjuangan hak-hak perempuan terjadi di bulan ini. Mulai dari demonstrasi buruh perempuan di New York pada 1908 hingga gerakan hak pilih perempuan yang semakin kuat di Washington pada 3 Maret 1913.

Bulan ini juga menjadi simbol perlawanan dan harapan bagi perempuan di seluruh dunia.

3. Bagaimana Women's History Month Diperingati di Dunia?

Di Amerika Serikat, museum, universitas, dan institusi  menggelar pameran, seminar, serta diskusi tentang peran perempuan dalam sejarah. Di Inggris, peringatan ini sering diisi dengan penghargaan bagi perempuan berprestasi di berbagai bidang. Sementara itu, di negara-negara seperti Argentina dan Spanyol, gerakan sosial sering mengadakan aksi untuk menyoroti isu kesetaraan gender.

Beberapa negara di benua Eropa juga memiliki kebijakan khusus di bulan ini, seperti peningkatan kampanye anti-kekerasan terhadap perempuan atau program untuk mendukung pengusaha perempuan.

4. Bagaimana Indonesia Merayakan Women's History Month?

Di Indonesia, Women's History Month masih belum sepopuler di negara-negara Barat. Namun, peringatan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret sering kali dijadikan momentum untuk mengangkat isu perempuan, baik di media sosial maupun dalam diskusi akademik.

Selain itu, berbagai komunitas feminis dan organisasi sosial seperti UN Women sering mengadakan acara yang membahas hak-hak perempuan dan keadaan kesetaraan perempuan di seluruh dunia, mulai dari kesetaraan di tempat kerja hingga kekerasan berbasis gender. Meskipun belum memiliki perayaan sebulan penuh secara resmi, kesadaran terhadap isu-isu perempuan di Indonesia terus berkembang, terutama di kalangan generasi muda yang semakin vokal dalam menyuarakan hak-haknya.

5. Perempuan dalam Sejarah Indonesia yang Harus Kita Kenang

Perayaan ini juga menjadi momen untuk mengingat perempuan hebat Indonesia seperti R.A. Kartini yang memperjuangkan pendidikan bagi perempuan, Cut Nyak Dhien yang berjuang melawan kolonialisme, hingga Siti Manggopoh yang melawan pajak Belanda. Mengenali sejarah perempuan Indonesia membantu kita memahami bahwa perjuangan kesetaraan bukanlah hal baru, dan masih relevan hingga hari ini. Selain itu, tokoh-tokoh modern seperti Tri Rismaharini, Sri Mulyani, hingga aktivis seperti Nani Zulminarni juga menunjukkan bahwa perempuan Indonesia terus mampu berperan besar dalam berbagai bidang, mulai dari pemerintahan, ekonomi, hingga sosial.

6. Isu yang Masih Harus Diperjuangkan

Meski banyak kemajuan telah dicapai, masih ada berbagai tantangan yang dihadapi perempuan di Indonesia dan dunia. Mulai dari kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan, minimnya keterwakilan perempuan dalam politik, hingga tingginya angka kekerasan terhadap perempuan.

Women's History Month seharusnya menjadi waktu untuk merefleksikan hal ini dan mencari solusi nyata. Tidak cukup hanya dengan memperingati, tetapi juga harus ada tindakan nyata untuk memperbaiki sistem yang masih merugikan perempuan, baik dalam lingkungan kerja, pendidikan, maupun kehidupan sehari-hari.

7. Peran Generasi Muda dalam Women's History Month

Sumber: sky news