International Women’s Day 2025: Accelerate Action, For ALL Women and Girls: Rights. Equality. Empowerment

-pinterest-
Berapa banyak lagi perempuan yang harus jadi korban sebelum kita berhenti menormalisasi kekerasan? Apakah definisi dari laki - laki maskulin adalah laki - laki yang mampu melakukan kekerasan kepada perempuan?
7. Perempuan dan Teknologi: Masih Minoritas
Hanya 28 persentase tenaga kerja di sektor teknologi yang diisi perempuan (WEF, / World Economic Forum 2024). Digital divide masih nyata.
Kesetaraan yang digaungkan IWD 2025 juga harus mencakup ranah digital. Perempuan harus mendapat akses yang sama untuk berpartisipasi dalam industri masa depan ini.
Masa depan sudah serba digital, tapi kenapa perempuan masih disuruh jadi 'penonton'? Apakah perempuan merasa tidak mampu atau mereka yang tak mampu menyaingi?
8. Perempuan di Industri Kreatif: Diapresiasi atau Dieksploitasi?
Musisi perempuan, sutradara, seniman, dan penulis masih harus berjuang keras untuk diakui. Data McKinsey menunjukkan hanya 14 persen film box office dunia yang disutradarai oleh perempuan. Di balik layar, industri kreatif sering menjual gagasan "pemberdayaan perempuan", tapi ironi terjadi ketika perempuan yang berkarya justru harus bekerja dua kali lebih keras untuk mendapat pengakuan.
Tema Empowerment di IWD 2025 seharusnya berarti akses yang setara bagi perempuan di semua industri, termasuk seni dan hiburan. Jika industri kreatif ingin mengklaim dirinya sebagai ruang kebebasan berekspresi, mengapa perempuan masih harus bertarung lebih keras hanya untuk didengar?
Berapa banyak perempuan yang justru diberdayakan secara semu? Dipuji di panggung, tapi di belakang layar tetap diperlakukan sebagai objek?
9. Akses terhadap Modal dan Kewirausahaan: Siapa yang Berhak Bermimpi?
Perempuan yang ingin memulai bisnis sering kali menghadapi lebih banyak hambatan dibanding laki-laki. Laporan Bank Dunia (2024) menyebutkan bahwa perempuan hanya memiliki akses 30% lebih kecil terhadap modal dibanding laki-laki. Lebih parahnya lagi, ketika perempuan sukses membangun bisnisnya sendiri, mereka tetap harus menghadapi stigma: "Usaha siapa? Suaminya, ayahnya, atau hasil nepo?"
IWD 2025 menegaskan bahwa kesetaraan ekonomi adalah hak, bukan hadiah. Jika dunia benar-benar ingin mempercepat kesetaraan, akses terhadap modal, jaringan bisnis, dan kesempatan harus diberikan tanpa bias gender.
BACA JUGA:Hidup Perempuan Yang Melawan! 9 Representasi Karakter Perempuan Pendobrak di Netflix
Apakah dunia masih berpikir bahwa perempuan hanya layak memegang dompet, bukan mengatur investasi?
Seratus tahun lagi, apakah kita masih mau membaca berita dengan masalah yang sama?
Sumber: world health organization (who)