1 tahun disway

Sekolah Garuda Mendapat Respons Para Pengamat Pendidikan, Diingatkan Tidak Elitis dan Tetap Inklusif

Sekolah Garuda Mendapat Respons Para Pengamat Pendidikan, Diingatkan Tidak Elitis dan Tetap Inklusif

Wamen Stella Christie dalam satu kesempatan kunjungan di NTT. NTT adalah wilayah yang disebut akan didirikan Sekolah Garuda--disway.id

JAKARTA, DISWAYMALANG.ID – Konsep 'Sekolah Garuda' yang digagas oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamen Kemdiktisaintek) Prof. Stella Christie Ph.D. mulai menuai perhatian dan analisis dari berbagai pengamat Pendidikan

Dr. Bima Santosa, seorang pengamat pendidikan dari Pusat Studi Kebijakan Pendidikan (PSKP), melihat potensi besar dalam inisiatif ini.

"Gagasan 'Sekolah Garuda' oleh Wamen Stella Christie ini sangat relevan dengan kebutuhan bangsa saat ini," ujar Dr. Bima saat dihubungi Disway.id, Minggu (20/7).

Seperti diketahui, program ini  merupakan salah satu quick wins dari visi Presiden Prabowo Subianto. Bertujuan untuk membangun sumber daya manusia unggul melalui akses pendidikan yang merata. Khususnya di bidang Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM), serta penanaman karakter kebangsaan.

Program ini direncanakan memiliki dua skema utama: Sekolah Garuda Baru dan Sekolah Garuda Transformasi. 

Sekolah Garuda Baru akan didirikan di daerah-daerah dengan indeks pembangunan manusia (IPM) rendah dan membutuhkan akses pendidikan berkualitas. Sementara Sekolah Garuda Transformasi akan memberdayakan sekolah-sekolah unggulan yang sudah ada.

Yang menarik, program ini akan memprioritaskan siswa dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Bahkan sekitar 80 persen siswa di Sekolah Garuda Baru direncanakan akan mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah. 

Sistem penerimaan siswa tidak akan menggunakan zonasi, melainkan dilakukan secara terpusat untuk menjamin pemerataan akses.

Terkait fokus pembelajaran di bidang STEM, menurut Dr. Bima Santosa adalah keniscayaan untuk menghadapi masa depan. "Sementara penekanan pada karakter kebangsaan adalah fondasi agar generasi muda kita tidak hanya cerdas tapi juga berintegritas dan memiliki rasa memiliki terhadap negara," sambungnya.

Sementara pendekatan yang memprioritaskan daerah dengan IPM rendah dan siswa dari keluarga kurang mampu,  menurut Dr. Bima, menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengatasi kesenjangan pendidikan. 

"Ini adalah langkah konkret menuju pemerataan akses pendidikan berkualitas. Dengan sistem berasrama dan beasiswa penuh, anak-anak dari pelosok negeri memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan unggul yang berorientasi sains dan teknologi," tambahnya.

BACA JUGA:Penggemar Demon Slayer Wajib Simak! Berikut Jadwal Tayang Film Anime yang Diadaptasi dari Manga Populer Itu

Tantangan dan Harapan Implementasi

Meskipun optimis, Dr. Bima juga menyoroti beberapa tantangan yang harus diantisipasi.

"Pembangunan infrastruktur sekolah di daerah terpencil, penyediaan guru-guru berkualitas di bidang STEM yang bersedia ditempatkan di sana, serta keberlanjutan pendanaan jangka panjang adalah tantangan krusial," paparnya. 

Sumber: disway news network

Berita Terkait