Pemeriksaan Kesehatan Gratis, Mahasiswa UB Pakai Temuan Sendiri, Deteksi Sindrom Metabolik Tanpa Jarum Suntik
Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan gratis oleh tim mahasiswa UB di Sumbersekar, Dau--prasetya.ub.ac.id
DAU, DISWAYMALANG.ID--Yang dilakukan tim Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) ini boleh disebut mbois ilakes. Mereka melakukan pengabdian masyarakat dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan gratis di Posyandu Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang pada awal September ini.
Yang mbois ilakes, dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan itu, tim mahasiswa UB menggunakan karya inovasi mereka, VitalSense. Perangkat karya mahasiswa UB ini mampu mendeteksi sindrom metabolik secara non-invasif, tanpa jarum suntik. Dengan VitalSense, peserta dapat mengetahui kondisi vital tubuh mereka secara cepat dan real-time.
VitalSense bekerja dengan membaca enam parameter kesehatan sekaligus. Yakni, tekanan darah, nadi, glukosa, kolesterol, suhu, dan saturasi oksigen. Kemudian, data dari pemeriksaan diproses menggunakan kecerdasan buatan berbasis algoritma Random Forest. Sehingga hasil yang keluar tidak hanya berupa angka, tetapi juga dilengkapi interpretasi personal dan peringatan dini melalui aplikasi maupun WhatsApp Bot.
Kegiatan pemeriksaan kesehatan dengan VitalSense ini berlangsung dalam dua periode. Yakni, pada 1-4 September 2025 dan 8-9 September 2025. Kegiatan menyasar sekitar 800 hingga 1.000 warga di enam RW, mulai dari remaja, ibu rumah tangga, hingga lansia.
BACA JUGA:9 Khasiat Kayu Manis bagi Kesehatan Tubuh: Dari Antioksidan hingga Pengendali Gula Darah
Solusi Kesehatan Primer
Inisiator Vitalsense Mochamad Saiful Anwar menyebut bahwa VitalSense merupakan hasil kolaborasi lima mahasiswa lintas fakultas UB yang berhasil menjadi satu-satunya tim UB lolos pendanaan nasional PKM-KI 2025. Dari lebih 800 proposal se-Indonesia, hanya 37 yang mendapatkan dukungan, termasuk VitalSense.
Disampaikan Saiful, uji coba awal Vitalsense menunjukkan akurasi lebih dari 98 persen dalam mengklasifikasikan status kesehatan pengguna. Dengan capaian tersebut, VitalSense dipandang tidak hanya sebagai prototipe mahasiswa, melainkan juga solusi nyata yang berpotensi diintegrasikan dalam sistem kesehatan primer.
“Bagi kami, keterlibatan posyandu desa menjadi momentum penting untuk pencegahan penyakit tidak menular dari level komunitas,” ujar Saiful.
BACA JUGA:Menabung Jadi Identitas Baru Generasi Muda
Tanpa Takut Jarum
Kepala Desa Sumbersekar Ririn, menyampaikan apresiasinya atas hadirnya inovasi ini. Ia dan masyarakat merasa senang karena dapat mencoba inovasi tersebut.
“Kami sangat berterima kasih karena masyarakat desa dapat mencoba langsung teknologi canggih yang biasanya hanya ada di rumah sakit. VitalSense membuka kesempatan warga untuk periksa dini tanpa takut jarum atau biaya besar,” kata Ririn.
Sementara, Ketua Tim Penggerak Posyandu Widji menambahkan bahwa teknologi ini memperluas cakupan posyandu yang sebelumnya hanya berfokus pada ibu dan balita.
“Selama ini posyandu lebih fokus pada ibu dan anak. Dengan VitalSense, kami bisa melayani bapak dan ibu lansia yang sering enggan periksa. Ini langkah maju untuk kesehatan desa dan memperkuat peran kader,” jelas Widji.
Melalui sinergi antara pemerintah desa, posyandu, dan mahasiswa, kehadiran VitalSense di Sumbersekar diharapkan dapat menjadi model transformasi layanan kesehatan primer berbasis teknologi lokal. (*)
Sumber: prasetya.ub.ac.id
