Dosen FISIP UB Bergabung Bersama Perwakilan 50 Negara Galang Aksi 1.000 Kapal Kemanusiaan untuk Gaza
Dosen Abdullah, S.Sos., M.Hub.Int Saat Berdiri di Depan Banner International Working Meeting 1000 Watermelon Flotilla--prasetya.ub.ac.id
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID -Kembali dosen Universitas Brawijaya terlibat langsung dalam kegiatan kemanusiaan untuk membantu warga Gaza, Palestina. Kali ini, sosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB Abdullah, S.Sos., M.Hub.Inter yang terlibat dalam aksi multinegara untuk Gaza.
Abdullah bergabung dengan perwakilan lebih dari 50 negara, mengikuti Forum International Working Meeting yang digelar di Shah Alam, Selangor, Malaysia, akhir pekan lalu.
Forum yang diinisiasi Malaysian Consultative Council of Islamic Organisation (MAPIM) menghasilkan kesepakatan strategis untuk membentuk armada kemanusiaan internasional. Sekaligus, saat itu dilakukan perumuskan rencana peluncuran 1.000 kapal dari berbagai pelabuhan dunia menuju Gaza sebagai upaya menembus blokade maritim ilegal Israel.
Para peserta yang terdiri dari perwakilan pemerintah, aktivis, akademisi, praktisi, dan profesional dari lebih 50 negara itu memutuskan kapal-kapal tersebut akan bertemu di Mediterania Timur sebelum berlayar bersama. Armada ini diharapkan tidak hanya mengirimkan bantuan kemanusiaan langsung kepada rakyat Palestina, tetapi juga menjadi simbol tekanan internasional agar jalur distribusi bantuan dibuka sepenuhnya.
Hasil diskusi menekankan pentingnya konsolidasi lintas negara dan lintas sektor untuk memperkuat solidaritas global. Para peserta menilai, gerakan terorganisir ini dapat menjadi instrumen advokasi kebijakan internasional yang efektif, mematahkan blokade Gaza, serta mendorong tercapainya kemerdekaan Palestina.
Sebelum ini, dua dokter dari Fakultas Kedokteran UB juga terlibat dalam aksi kemanusiaan di Gaza.
BACA JUGA:UB Kirim Dua Dokter ke Gaza, Palestina, Wujud Ilmu Pengetahuan Berpihak ke KemanusiaanKemanusiaan
BACA JUGA:Dua Dokter UB Pulang dari Gaza Bawa Inspirasi Kisah Hidup dan Nilai Sesungguhnya Kemanusiaan

Pertemuan Forum International Working Meeting di Shah Alam, Malaysia--prasetya.ub.ac.id
Momen Bersejarah
Abdullah yang juga merupakan perwakilan dari Indonesia, menilai keputusan ini sebagai momen bersejarah. Ia menegaskan, dukungan Indonesia harus bersifat menyeluruh tidak hanya di meja diplomasi, tetapi juga dalam people-to-people solidarity.
Menurut ia, masyarakat sipil Indonesia memiliki energi besar. Hal itu terlihat dari masifnya upaya penggalangan dana, kampanye edukasi publik, advokasi media, dan gerakan boikot terhadap produk yang menopang rezim apartheid Israel.
Atas dasar itu, ia berpendapat, pemerintah seharusnya berani mengambil langkah yang sejalan dengan harapan dan energi publik ini. "Saya berharap kita terus mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih tegas lagi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Abdullah menekankan bahwa genosida di Gaza merupakan ujian moral bagi bangsa Indonesia dan dunia. Dengan hanya bersikap diam, menurut ia berarti membiarkan normalisasi kebiadaban.
"Bangsa Indonesia, dengan sejarah perjuangan melawan penjajahan, seharusnya menjadi garda depan yang memastikan bahwa suara untuk Palestina tidak akan padam, sampai kemerdekaan penuh benar-benar terwujud,” tambahnya.
Ia berharap, gerakan transnasional yang dikuatkan melalui pertemuan ini akan menjadi ikhtiar nyata dalam advokasi pengambilan keputusan di masing-masing negara dan organisasi internasional. Serta, bisa mematahkan blokade Gaza, serta mengantarkan Palestina menuju kemerdekaan sepenuhnya.
BACA JUGA:Dies ke-71 UM Usung Tema Sehat, Bergerak, dan Berdampak, Ada Program “The Biggest Loser 2025”
Abdullah mengutip pesan sahabat Ali bin Abi Thalib bahwa kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.
“Pertemuan ini sangat tepat untuk mewujudkan kebaikan demi kemanusiaan dan kemerdekaan Palestina,” tegasnya. (*)
Sumber: prasetya.ub.ac.id
