8 Mei, Hari Palang Merah Internasional: Dari Medan Perang Solferino hingga Aksi Kemanusiaan di Garis Depan
World Red Cross Day - Hari Palang Merah Internasional 2025-pngtree-
MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Setiap tanggal 8 Mei, dunia memperingati World Red Cross and Red Crescent Day untuk mengenang jasa Henry Dunant, pelopor Gerakan Palang Merah.
Hari ini menjadi momentum untuk menyoroti peran organisasi ini dalam memberikan bantuan kemanusiaan lintas benua, tak terbatas pada konflik bersenjata, tetapi juga bencana alam, pandemi, hingga edukasi publik.
Palang Merah bukan sekadar soal donor darah atau pertolongan pertama — ia adalah gerakan kemanusiaan yang menjunjung tinggi prinsip netralitas dan kesamaan bagi siapa saja yang membutuhkan.
Tapi sayangnya, belum semua orang benar-benar memahami sejarah panjang dan prinsip dasar di balik simbol palang merah yang mendunia itu.
Kali ini, mari kita bedah lebih dalam!
1. Dari Ladang Perang ke Gerakan Kemanusiaan Global
Gerakan Palang Merah lahir dari pengalaman traumatis Henry Dunant saat menyaksikan ribuan tentara luka-luka dibiarkan begitu saja setelah Pertempuran Solferino di Italia pada 1859. Tanpa membedakan seragam atau kewarganegaraan, ia mengorganisasi warga setempat untuk memberikan pertolongan kepada semua korban. Pengalaman itu kemudian ia tuangkan dalam buku A Memory of Solferino, yang menyuarakan ide mendirikan lembaga sukarela yang netral untuk membantu korban perang.
Gagasan Dunant disambut antusias dan pada 1863 lahirlah Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Swiss. Tak lama kemudian, Konvensi Jenewa pertama disahkan tahun 1864 sebagai fondasi hukum humaniter internasional. Dari tragedi di medan perang, Palang Merah berkembang menjadi organisasi global dengan mandat luas: mulai dari perlindungan warga sipil di zona konflik, hingga mitigasi bencana dan edukasi kesehatan di masa damai.
2. Henry Dunant: Dari Pengusaha ke Peraih Nobel Perdamaian
Nama Henry Dunant tak hanya harum sebagai penggagas, tetapi juga karena pengorbanan pribadinya demi kemanusiaan. Ia kehilangan bisnisnya, jatuh miskin, dan hidup dalam keterasingan selama bertahun-tahun karena obsesinya membangun gerakan Palang Merah. Namun prinsip-prinsip yang ia pegang teguh akhirnya membuka mata dunia.
Pada tahun 1901, ia menjadi salah satu penerima pertama Nobel Perdamaian. Penghargaan ini mengakui kontribusinya dalam menciptakan sistem bantuan internasional yang netral dan terorganisir. Kisah Dunant mengingatkan bahwa kemanusiaan sering kali dimulai dari rasa tidak tega dan keberanian untuk bertindak — bahkan ketika dunia belum siap.
3. Struktur Global: Tiga Pilar Utama Gerakan
Gerakan Palang Merahmemiliki tiga pilar: Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Federasi Internasional (IFRC), dan Masyarakat Nasional seperti PMI. ICRC fokus pada konflik bersenjata, memantau perlakuan terhadap tahanan, dan menjamin penghormatan terhadap hukum humaniter. IFRC menangani bencana non-konflik seperti gempa atau wabah penyakit, serta memperkuat kesiapsiagaan komunitas.
Sementara itu, Masyarakat Nasional menjadi ujung tombak kegiatan kemanusiaan di tingkat lokal. Di Indonesia, PMI (Palang Merah Indonesia) hadir di hampir seluruh kabupaten/kota, menjalankan program donor darah, pelatihan pertolongan pertama, hingga bantuan bencana. Ketiganya bekerja secara terkoordinasi, berbagi informasi, sumber daya, dan keahlian demi misi yang sama: melindungi kehidupan dan martabat manusia.
Sumber: wikipedia
