1 tahun disway

Kerja Tim Tak Lahir Secara Instan! Kenali Tuckman's Team Development

Kerja Tim Tak Lahir Secara Instan! Kenali Tuckman's Team Development

Ilustrasi Kerja Tim di Organisasi / Perusahaan-pinterest-

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Tak sedikit atasan—atau bahkan sesama rekan—terjebak dalam harapan instan: bahwa begitu dibentuk, sebuah tim langsung bisa bekerja mulus. Nyatanya, kerja tim adalah proses panjang. Ada fase yang harus dilalui, dari saling canggung, konflik internal, hingga akhirnya solid dan produktif.

Model Tuckman’s Team Development menjelaskan bahwa tim tidak muncul secara utuh dan kompak sejak hari pertama.

Ada lima hingga enam fase yang kerap tak disadari, tetapi sangat menentukan keberhasilan.

BACA JUGA:Mahasantri UIN Malang Dilatih Perkuat Kerjasama dan Ukhuwah dengan Kegiatan Gebyar Mabna

Yuk Pelajari Agar Lebih Mengenali Dinamika Tim!

1. Forming: Fase Saling Tebak, Penuh Sopan Santun Permukaan

Pada tahap awal pembentukan tim, individu cenderung menunjukkan sikap terbaiknya. Mereka masih canggung dan belum sepenuhnya jujur dalam komunikasi. Fase ini disebut forming karena anggota tim baru mulai membentuk pemahaman terhadap tujuan kelompok, struktur, dan peran masing-masing. Suasana masih penuh kehati-hatian karena belum terbangun kepercayaan.

Dalam praktiknya, banyak tim di tahap forming yang tampak baik-baik saja dari luar. Diskusi berlangsung tertib, tidak ada pertentangan terbuka. Namun, justru inilah sinyal bahwa interaksi belum dalam. Orang-orang lebih banyak menyetujui tanpa benar-benar memahami atau merasa terlibat dalam keputusan yang diambil. Rapat-rapat cenderung lebih banyak membahas perkenalan, pembagian tugas awal, dan orientasi umum.

Contohnya bisa dilihat pada panitia sebuah festival kampus yang baru dibentuk. Saat rapat pertama, semua peserta hadir dan aktif mencatat. Mereka mendengarkan arahan ketua tanpa banyak bertanya. Belum ada debat atau diskusi mendalam. Ini wajar karena setiap anggota masih mencoba membaca dinamika kelompok dan menjaga citra pribadi.

2. Storming: Ketika Perbedaan Pandangan Mulai Muncul

Setelah beberapa waktu, interaksi mulai intens. Di sinilah fase storming muncul, ditandai dengan meningkatnya ketegangan karena perbedaan pendapat, nilai, dan ekspektasi. Konflik menjadi tidak terelakkan, terutama jika ada anggota yang dominan atau tugas-tugas yang belum jelas. Fase ini kerap membuat tim goyah jika tidak ditangani dengan keterampilan komunikasi dan kepemimpinan yang baik.

Pada tahap storming, orang-orang mulai menunjukkan preferensi kerja, standar kualitas, dan ritme yang berbeda. Jika tidak ada fasilitator yang mampu menjembatani perbedaan, maka potensi konflik meningkat. Di sinilah pentingnya struktur komunikasi yang terbuka dan budaya feedback agar ketegangan bisa disalurkan secara sehat.

Sebuah contoh konkret terlihat pada tim desain dan pemasaran dalam proyek kampus. Tim desain merasa ditekan oleh deadline yang ditetapkan oleh tim pemasaran, sementara tim pemasaran mengeluh karena materi promosi selalu terlambat. Mereka mulai saling menyalahkan di grup WhatsApp. Konflik ini umum terjadi dalam fase storming, dan perlu dimediasi agar tidak mengganggu produktivitas.

3. Norming: Aturan Mulai Dibentuk Secara Natural

Sumber: the coaching tools