1 tahun disway

Kerja Tim Tak Lahir Secara Instan! Kenali Tuckman's Team Development

Kerja Tim Tak Lahir Secara Instan! Kenali Tuckman's Team Development

Ilustrasi Kerja Tim di Organisasi / Perusahaan-pinterest-

Setelah konflik mencapai titik jenuh, tim mulai mencari jalan tengah. Mereka menyadari bahwa untuk mencapai tujuan bersama, perlu ada aturan main yang disepakati. Pada fase norming, tim mulai membentuk norma, struktur kerja, dan rutinitas kolaboratif yang lebih stabil. Peran-peran semakin jelas dan rasa saling menghargai mulai tumbuh.

Fase ini penting karena menjadi jembatan antara konflik dan kinerja. Anggota tim mulai belajar menerima perbedaan, dan menemukan cara kerja yang efisien. Koordinasi mulai membaik, dan kepercayaan antaranggota meningkat. Inisiatif pribadi muncul, dan motivasi bekerja bukan lagi karena kewajiban, melainkan rasa memiliki

4. Performing: Ketika Tim Sudah Berjalan Seperti Mesin yang Terawat

Fase ini merupakan puncak kinerja tim. Semua anggota tahu perannya, komunikasi berjalan efektif, dan konflik bisa diselesaikan secara mandiri tanpa harus dimediasi terus-menerus. Fokus sudah tidak lagi soal struktur internal, melainkan pencapaian tujuan.

Pada tahap performing, ide-ide kreatif bermunculan karena orang merasa aman secara psikologis untuk menyampaikan pendapat. Kepemimpinan tidak selalu vertikal—banyak keputusan bisa diambil berdasarkan keahlian, bukan jabatan. Tim menjadi otonom, adaptif, dan tangguh terhadap tantangan.

5. Adjourning: Saat Tim Selesai dan Harus Berpisah

Setelah proyek atau tugas selesai, tim akan memasuki fase adjourning. Ini adalah tahap pembubaran, yang bisa menimbulkan rasa kehilangan, terutama jika tim telah solid dan menikmati kerja sama. Emosi yang muncul bisa beragam: bangga, lega, atau sedih.

Adjourning penting untuk dimaknai sebagai fase refleksi. Banyak tim melewati tahap ini tanpa evaluasi atau apresiasi, padahal keduanya penting untuk pembelajaran dan penghargaan atas proses. Perpisahan yang baik juga bisa membuka peluang kerja sama di masa depan.

Pimpinan tim memberikan sertifikat apresiasi dan membuka ruang networking untuk proyek selanjutnya. Ini menciptakan kesan positif dan menjaga hubungan profesional antar anggota.

6. Relapsing: Kembali ke Storming Jika Ada Pergantian Personel

Meski tim sudah masuk fase performing, kondisi bisa kembali ke storming jika ada pergantian anggota. Orang baru membawa dinamika baru, dan perlu waktu untuk menyatu. Ini disebut relapsing, dan sering terjadi di tim proyek panjang atau tim dengan rotasi tinggi.

Relapsing perlu ditangani dengan kesadaran bahwa kemunduran bukan kegagalan, melainkan bagian dari proses adaptasi ulang. Tim perlu mengulangi beberapa tahap awal seperti orientasi, klarifikasi peran, dan penyelarasan harapan.

Misalnya, tim peneliti di lembaga riset mengalami pergantian kepala divisi. Metode kerja berubah, dan anggota lama harus menyesuaikan diri lagi. Dalam tiga bulan pertama, produktivitas menurun karena konflik kecil muncul kembali. Namun dengan komunikasi terbuka, tim berhasil kembali ke fase performing.

7. Peran Pemimpin: Bukan Bos, Tapi Fasilitator Proses

Dalam setiap tahap perkembangan tim, pemimpin memiliki peran kunci. Bukan sebagai bos yang mengatur segalanya, tetapi sebagai fasilitator yang membantu tim melewati fase-fase dengan efektif. Kepemimpinan situasional sangat dibutuhkan di sini.

Sumber: the coaching tools