Mahasiswi Fakultas Vokasi UB Raih Gelar Duta Batik Nasional, Tekankan Pelestarian Cinta Batik
Mayang Ayunami, mahasiswi Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya yang berjaya sebagai Duta Batik Nasional 2025--prasetya.ub.ac.id
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Mayang Ayunani, mahasiswi Fakultas Vokasi angkatan 2023, mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), dinobatkan sebagai Duta Batik Nasional 2025. Mayang harus melalui proses seleksi ketat di ajang Duta Batik Indonesia.
Proses pemilihan Duta Batik Indonesia 2025 berlangsung melalui beberapa tahap, mulai seleksi administrasi, penilaian portofolio budaya, hingga tahap wawancara dan penampilan bakat. Peserta juga harus menunjukkan pemahaman mendalam tentang filosofi batik, etika publik, dan kontribusi nyata terhadap pelestarian budaya lokal.
Dalam wawancaranya, Mayang mengungkapkan, motivasi utamanya mengikuti ajang tersebut adalah keinginan untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diri. “Selain rasa tanggung jawab, saya juga ingin menjadi pionir generasi muda dalam melestarikan warisan budaya bangsa,” ujarnya.
Ia juga menuturkan bahwa selama proses pemilihan, tantangan terbesarnya adalah membagi waktu antara kegiatan lomba dan perkuliahan.
“Manajemen waktu menjadi hal paling penting. Saya harus bisa menyeimbangkan jadwal kuliah dengan persiapan lomba agar keduanya tetap berjalan dengan baik,” jelasnya.
Bagi Mayang, batik memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar kain bermotif. Ia menilai bahwa setiap helai batik menyimpan sejarah, semangat, serta karya luar biasa dari para pengrajinnya.
“Batik bukan hanya identitas Indonesia, tapi juga cermin perjalanan bangsa yang patut kita jaga dan banggakan,” tambahnya.
Komitmen Mayang Untuk Kampanye Cinta Batik
Sebagai Duta Batik Nasional, Mayang memiliki komitmen untuk terus mengkampanyekan kecintaan terhadap batik, terutama di kalangan generasi muda. Ia berharap agar pelestarian batik dapat dikolaborasikan dengan inovasi modern, sehingga tetap relevan di era digital.
“Saya berharap warisan budaya seperti batik akan terus hidup, tumbuh, dan eksis di kalangan generasi muda. Menjaga budaya tidak sulit, cukup mulai dari diri sendiri dengan bangga memakai batik,” pesannya.
Melalui program yang digagasnya, Wastraloka, Mayang berupaya menciptakan wadah pembelajaran dan pengembangan yang berfokus pada edukasi, penggunaan, serta pengenalan batik kepada masyarakat luas.
Wastraloka sendiri merupakan singkatan dari Wastra Nusantara Loka, yang berarti “tempat untuk belajar kain tradisional Indonesia.” Program ini dirancang sebagai ruang kolaborasi bagi generasi muda untuk memahami makna dan filosofi batik melalui kegiatan edukatif seperti workshop membatik, pameran budaya, kampanye digital, hingga pendampingan bagi pengrajin batik lokal.
“Melalui Wastraloka, saya ingin menghadirkan batik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari anak muda, tidak hanya dikenakan di acara formal, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan dan kreativitas,” jelas Mayang.
Sumber: prasetya.ub.ac.id
