MALANG, DISWAYMALANG.ID--Di media sosial, kita kerap menjumpai perilaku yang seolah-olah 'tidak meminta apa-apa', tetapi sebenarnya berharap mendapatkan perhatian, dukungan, atau bantuan dari orang lain.
BACA JUGA: Sejarah Keraton Surakarta, Peninggalan Penting dari Kerajaan Mataram Islam
Fenomena ini dikenal sebagai dry begging . Berbeda dari permintaan langsung, dry begging biasanya terselubung dalam bentuk keluhan, curhat, atau cerita yang memancing empati. Sehingga penerima sering merasa bersalah atau terdorong untuk membantu.
BACA JUGA: Fakta Unik dan Sejarah Daun Kelor, Si 'Pohon Ajaib' dari India Utara
Apa Itu Dry Begging? Secara sederhana, dry begging adalah perilaku pasif-agresif, ketika seseorang menyampaikan kebutuhan atau keinginan secara tidak langsung. Misalnya, seseorang yang sering mengeluh tentang kesulitan hidupnya, namun jarang menyatakan secara jelas apa yang mereka harapkan dari orang lain. Tujuannya bisa beragam: menguji hubungan, menarik perhatian, atau mendapatkan bantuan tanpa terlihat “meminta.” BACA JUGA: Purbaya Tegaskan Sapu Bersih Mafia Baju Bekas Ilegal Menurut para pakar, perilaku ini kerap muncul karena faktor psikologis seperti ketidakamanan diri, rasa takut, atau kebiasaan manipulatif sejak masa kecil. Pelaku dry begging biasanya memiliki keterampilan komunikasi yang terbatas, sehingga mereka menggunakan strategi halus untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. BACA JUGA: Dari Teh hingga Keripik: 9 Cara Seru Olah Daun Kelor yang Kaya Nutrisi Tanda-Tanda Dry Begging Penting untuk mengenali tanda-tanda dry begging agar kita tidak terjebak dalam pola yang merugikan emosional. Beberapa ciri umum meliputi:-
Mengeluh atau bercerita terus-menerus tanpa meminta bantuan secara jelas.
Memanfaatkan rasa bersalah atau simpati orang lain untuk mencapai tujuan.
Menyampaikan keinginan secara samar atau melalui sindiran halus.
Pola ini terjadi berulang dan menjadi kebiasaan dalam interaksi sosial.
Cara Menghadapinya
Menghadapi dry begging membutuhkan kesadaran dan strategi yang tepat:
- Kenali Polanya : Amati komunikasi yang samar atau berulang. Dengan memahami perilaku ini, kita dapat menjaga batasan emosional.
- Tetapkan Batasan: Jangan ragu untuk menyampaikan ketidaknyamanan dengan tegas dan sopan. Menetapkan batas bukan berarti egois, melainkan bentuk kepedulian pada kesehatan mental diri sendiri.
- Dorong Komunikasi Jelas: Ajak pelaku untuk menyampaikan kebutuhan secara langsung. Validasi perasaan mereka, tapi tetap dalam batas wajar.
- Jaga Jarak Emosional: Hindari terpancing oleh manipulasi emosional. Tetap tenang membantu kita menghindari rasa bersalah yang tidak perlu.
Cari Bantuan Profesional: Jika dry begging terjadi dalam hubungan yang intens, seperti keluarga atau pasangan, pertimbangkan konseling atau bantuan psikolog untuk mengurangi tekanan emosional.