Gandeng UMM, Mahasiswa Singapura Rancang Pengering Kentang untuk Petani di Batu

Jumat 11-10-2024,19:24 WIB
Reporter : Belqis
Editor : Agung Pamujo

LOWOKWARU , DISWAYMALANG.COM- Bryan Sin ini mahasiswa dari Singapura. Tepatnya dari Singapore Polytechnic. Namun, dia peduli dengan petani kentang di Kota Batu. Wujudnya dengan merancang prototipe sebuah greenhouse untuk pengeringan kentang. 

Bryan menjelaskan, dari hasil kajian awal, diketahui petani kentang di Kota Batu banyak yang resah soal pengeringan kentang. Cuaca Batu yang relatif sejuk dengan suhu rendah, membuat kentang susah kering.

Mereka sudah menggunakan oven, tetapi hasilnya tidak bagus. "Dengan menggunakan oven) hasil tekstur kentang tidak sesuai. Mereka akhirnya tidak lagi menggunakannya," jelas Bryan Sing.

Prototipe greenhouse ini dilengkapi dengan alat pengering seperti blower yang bisa digunakan saat musim penghujan. Namun bisa beralih menggunakan sinar matahari jika berada di musim kemarau.

"Saya senang mengikuti program ini. Apalagi jika  prototipe yang saya buat  berpotensi membantu UKM setempat dalam memecahkan permasalahan," kata Bryan lagi.

Kerjasama UMM-Singapura

Rancangan greenhouse untuk pengeringan kentang karya Bryan Sin itu dipamerkan bersama berbagai prototipe alat-alat inovatif rancangan mahasiswa Singapore Polytechnic dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Yakni, mahasiswa dua perguruan tinggi dari dua negara yang kolaborasi menggelar Learning Express (LEX) 

LEX  adalah event bersama Politeknik Singapura dan UMM untuk menciotakan  prototipe berbagai alat-alat bermanfaat. Tahun ini, event tahunan ini diselenggarakan di Kampus UMM, 8-9 Oktober 2024, dan ditutup dengan prototipe rancangan mereka. 

Kali ini, program LEX  berfokus kepada industri kayu dan tumbuhan yang ada di Junrejo, Batu. Mahasiswa UMM dan Singapura diajak untuk membuat inovasi menarik. Antara lain alat  pengolahan sirkulasi udara limbah udara serbuk kayu, alat pembuat pupuk dari campuran serbuk kayu, produk makanan, hingga sistem pengeringan kentang menggunakan green house. Bahkan ada pula penghisap debu serbuk kayu dan meja untuk para pengrajin kayu. 


Suasana di Learning Express 2024-UMM-

Salah satu pengunjung LEX, Nabila Eka mengaku tertarik dengan berbagai alat yang dipamerkan. Bagi dia, event ini bagus, karena selain bisa melihat ide-ide menarik, pameran tersebut juga bisa menjadi wadah untuk menggunakan bahasa Inggris. "Karena harus berbicara dengan mahasiswa Singapura," katanya. 


Salah satu prototipe LEX 2024--

Saar ditanya tentang prototipe yang paling menarik, Nabila menyebut   alat pembuat pupuk dari campuran serbuk kayu.

"Siapa sangka limbah serbuk kayu ternyata bisa dibuat menjadi campuran pupuk,” ucapnya.

Berdasarkan info dari panitia,  pengunjung pameran LEX tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Bisa jadi karena tahun ini pameran dibuka untuk umum dan bagi semua kalangan.  (*)

Kategori :