1 tahun disway

Selamat Jalan Paus Fransiskus, Paus yang Menyentuh Dunia dengan Ketulusan dan Keteladanannya

Selamat Jalan Paus Fransiskus, Paus yang Menyentuh Dunia dengan Ketulusan dan Keteladanannya

Paus Fransiskus Menghembuskan Nafas Terakhir di Umur 88 Tahun, Sehari Setelah Hari Raya Paskah.-Wikipedia-

MALANG, DISWAYMALANG. ID -- Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik dari ordo Jesuit, telah berpulang dalam usia 88 tahun (21/4). Kepausannya ditandai dengan upaya progresif, semangat perdamaian, dan kasih yang luas melintasi batas agama, bangsa, maupun budaya.

Sosoknya yang hangat, penuh ketulusan, dan kerap menolak simbol-simbol kemewahan membuat dunia merasa lebih dekat dengan Vatikan.

Kini, setelah wafatnya, karya-karya besar yang ia torehkan menjadi jejak terang yang wajib dijaga dan diteladani untuk menjaga warisannya. Berikut beberapa warisan penting Paus Fransiskus.

1.Membangun Dialog Antaragama di Indonesia (2024)

Pada September 2024, Paus Fransiskus melakukan kunjungan apostolik ke Indonesia—negara dengan populasi Muslim sebagai minoritas. Di Jakarta, ia disambut hangat oleh Presiden RI, para pemuka agama, dan ribuan umat Katolik. Dalam pidatonya di Stadion Gelora Bung Karno, ia menekankan pentingnya dialog lintas iman dan saling menghormati antarumat beragama di tengah dunia yang kerap terpecah karena fanatisme.

Kunjungan ini menandai keberanian dan kepercayaan Paus Fransiskus terhadap harmoni global. Ia tidak hanya hadir sebagai pemimpin Katolik, tetapi juga sebagai sahabat bagi semua pemeluk agama. Spirit keberagaman dan toleransi yang ia suarakan menjadi cermin bagi bangsa Indonesia dan dunia agar terus memelihara semangat hidup berdampingan.

2.Mengunjungi Mongolia untuk Mendukung Komunitas Katolik Minoritas (2023)

Mongolia mungkin bukan negara yang identik dengan komunitas Katolik, tetapi pada 2023, Paus Fransiskus menegaskan bahwa tidak ada umat yang terlalu kecil untuk diperhatikan. Ia mengunjungi Ulaanbaatar dan merayakan misa bersama umat Katolik yang jumlahnya hanya sekitar 1.500 orang. Ia juga berdialog dengan pemuka agama Buddha di sana untuk menunjukkan bahwa kehadiran Katolik tidak bermaksud mengganggu, tetapi ingin bersinergi.

Langkah ini mencerminkan semangat inkulturasi dan empati Paus Fransiskus terhadap komunitas-komunitas kecil dan terpinggirkan.

Ia mengajarkan bahwa perhatian dan kasih tidak hanya ditujukan kepada yang besar dan kuat, melainkan justru harus diprioritaskan kepada yang tersisih. 

3.Mendorong Rekonsiliasi di Kanada (2022)

Paus Fransiskus datang ke Kanada membawa beban sejarah yang berat. Ia secara terbuka meminta maaf atas keterlibatan Gereja Katolik dalam sekolah asrama yang memisahkan anak-anak suku asli dari keluarganya, yang berdampak pada kehilangan identitas dan trauma lintas generasi. Dalam upacara yang sarat air mata di Maskwacis, ia menyampaikan penyesalan dan pengakuan yang tulus.

Permintaan maaf tersebut bukan sekadar formalitas. Itu adalah pengakuan sejarah dan langkah spiritual menuju penyembuhan kolektif. Ia menunjukkan bahwa institusi sebesar Gereja pun tidak kebal dari kritik dan tanggung jawab. Keteladanannya dalam meminta maaf secara publik mengajarkan bahwa kerendahan hati adalah fondasi dari rekonsiliasi yang sejati.

4.Memperkuat Perdamaian di Sudan Selatan dan Republik Demokratik Kongo (2023)

Sumber: inc