Terus Jajaki Rusa Jadi Alternatif Sumber Protein, Tim Peternakan UB ke Jepang
Tiga dosen peternakan UB, Ardyah Ramadhina (paling kiri), Dr Nanang Febrianto (tengah) dan Eka Nurwahyuni (paling kanan) saat di Kyoto, Jepang, pertengahan Oktober ini --istimewa
KEDIRI, DISWAYMALANG.ID— Akademisi bidang peternakan Universitas Brawijaya terus menjajaki untuk menjadikan daging rusa sebagai alternatif sumber protein hewani. Sebagai bagian dari penjajakan itu, tim yang terdiri dari tiga dosen peternakan dari Program Studi Di luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Brawijaya (UB) di Kediri, baru-baru ini berkunjung ke Jepang.
Tiga dosen itu adalah Dr. Nanang Febrianto sebagai ketua tim, bersama Ardyah Ramadhina IP, dan Eka Nurwahyuni. Di Jepang mereka berkunjung ke Wildlife Research Center, Kyoto University. Kunjungan itu juga merupakan bagian dari kegiatan dosen UB yang disebut dengan istilah Dosen Berkarya (Dokar),
“Kami di sini berdiskusi tentang mengembangbiakan rusa dengan metode yang baik dan benar,” kata Dr. Nanang Febrianto yang juga Ketua Proram Studi Peternakan PSDKU UB di Kediri.
Dari partner akademi Kyoto University, tim Dokar Peternakan UB itu mendapat informasi, bahwa di Jepang, populasi rusa Jepang (cervus nippon) sempat menurun drastis akibat perburuan liar sekitar 40-50 tahun lalu. Namun, kini telah mengalami peningkatan signifikan berkat berbagai upaya konservasi dan pembiakan.
Keberhasilan pelestarian inilah yang dipelajari tim PSDKU Peternakan UB. Antara lain, untuk dijadikan bench mark pengembangbiakan rusa asli Indonsia, Khususnya, spesies rusa timor (cervus timorensis) yang dinilai memiliki potensi besar sebagai sumber protein hewani alternatif.
Apalagi, Fakultas Peternakan UB sendiri saat ini juga tengah menyempurnakan usulan terkait program makan bergizi gratis. Terkait program dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto itu, Fapet UB berprinsip kepada terciptanya kedaulatan pangan melalui penyediaan sumber protein hewani yang cukup.
BACA JUGA:Dies Natalis ke-63, Guru Besar Fapet UB Sumbang Pemikiran Terkait Makan Gratis
Penelitian di Empat Lokasi
Anggota tim Dokar UB ke Kyoto yang mendalami pengembangbiakan rusa, Ardyah Ramadhina IP menambahkan, hasil kunjungan di Jepang itu dijadikan penambah pengetahuan dalam riset untuk pengembangbiakan rusa di Indonesia. “Untuk menjadi sumber protein, populasi rusa terlebih dahulu harus ditingkatkan,” katanya.
Dia mengungkapkan, rusa memiliki potensi jadi alternatif sumber protein antara lain terkait dengan berat hidup dan kandungan nutrisi pada dagingnya. Untuk dua hal itu, rusa tidak kalah dengan kambing. “Kendalanya populasi belum cukup,” ujarnya.
Berdasarkan berbagai sumber, populasi rusa di Indonesia hanya di kisaran ribuan-belasan ribu. Baik itu rusa Timor, atau spesies lain seperti rusa Sambar yang lebih besar dan rusa Jawa. Ini karena, belum ada penangkaran rusa yang intensif. Apalagi yang mengarah ke budidaya skala industri. Penangkaran yang ada umumnya hanya untuk penelitian atau kalau tidak keperluan wisata.
Penangkaran rusa PSDKU UB di Lapangan Brigif, Kota Kediri--istimewa
Ardyah yang saat ini sedang melakukan studi tingkat doktoral terkait pengembangbiakan rusa membenarkan tentang masih terbatasnya usaha penangkaran rusa di Indonesia. Khususnya, untuk kepentingan penyediaan daging. “Kami sendiri ada empat lokasi penangkaran rusa untuk kepentingan penelitian. Yakni, di Kediri, Blitar dua lokasi dan di Bandung,” paparnya.
Dia menyampaikan, dalam satu tahun terakhir ini penelitian untuk pengembangbiakan rusia makin intensif dilakukan. Antara lain dengan tujuan untuk menjajaki rusa sebagai sumber protein hewani itu.
Sumber: