Jadi Pembicara di Peringatan Nuzulul Qur'an UM, KH. Said Agil Husein Al-Munawwar Bahas Moderasi Beragama

Dalam ceramahnya, Prof. KH. Said (tengah) menjelaskan bahwa madzhab tidak hanya mencakup urusan ibadah, tetapi juga aspek keilmuan yang berkembang sejak masa tabi’in-Istimewa-
MALANG, DISWAYMALANG.ID –Ada yang istimewa dalam peringatan Nuzulul Qur’an yang diadakan Universitas Negeri Malang (UM) pada Rabu (19/3), Prof. Dr. KH. Said Agil Husein Al-Munawwar, M.A diundang sebagai pembicara. Namun Guru Besar dari UIN Syarif Hidayatullah ini juga sekaligus mengawali haflatul tilawatil Qur’an atau pembacaan ayat suci Al-Qur’an
Usai lantunan ayat suci dari KH. Said Agil, dilanjutkan dengan haflatul tilawatil dari empat mahasiswa UM yang berprestasi dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ).
Pembukaan acara yang diawali dengan lantunan ayat suci Al Qur'an menjadikan suasana di Masjid Al-Hikmah, Kampus UM, Lowokwaru penuh khidmat. Peserta acara yang terdiri dari mahasiswa, dosen, serta tenaga kependidikan (tendik) UM juga terlihat antusias dalam menyambut momentum spiritual tahunan tersebut.
Apresiasi dan Sambutan Wakil Rektor
Acara ini dimoderatori oleh Moh. Fery Fauzi, S.Pd., M.Pd.I., yang membuka sesi dengan memperkenalkan Prof. KH. Said Agil sebagai narasumber utama. Dalam sambutannya, Wakil Rektor I UM Prof. Dr. Ibrahim Bafadal, M.Pd., menyampaikan apresiasi atas kehadiran Prof. KH. Said dalam kegiatan ini. Ia menyoroti relevansi tema yang diangkat, yakni “Tegas Bermadzhab, Lentur Bersikap Menuju Harmoni Kehidupan Beragama”, dengan kondisi keberagaman yang ada di lingkungan kampus.
“Dalam Islam sendiri terdapat berbagai madzhab, dan kita harus mampu bersikap terbuka dalam menghadapi perbedaan. Harmoni dalam keberagaman menjadi kunci utama dalam menciptakan kehidupan beragama yang damai,” ujar Prof. Ibrahim Bafadal.
Pesan Moderasi Beragama Prof. KH. Said Agil
Dalam ceramahnya, Prof. KH. Said Agil menjelaskan bahwa madzhab tidak hanya berkaitan dengan ibadah, tetapi juga mencakup perkembangan ilmu pengetahuan sejak masa tabi’in (101 Hijriah). Ia menekankan pentingnya menghindari sikap fanatisme (ta’asshub) dan merasa paling benar (ta’assuf) dalam ber-madzhab.
“Perbedaan dalam madzhab seharusnya tidak menjadi pemicu perpecahan, tetapi justru memperkuat ukhuwah Islamiyah. Biarkan kita berbeda, namun tetap bersatu dalam harmoni kehidupan beragama,” tegasnya.
Dukungan terhadap Nilai Toleransi dan SDGs
Peringatan Nuzulul Qur’an di UM tidak hanya menjadi ajang refleksi keagamaan, tetapi juga memperkuat semangat kebersamaan dan toleransi dalam keberagaman. Hal ini sejalan dengan prinsip inklusivitas yang diusung oleh UM dalam menciptakan lingkungan akademik yang harmonis.
Selain itu, kegiatan ini juga mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-16 mengenai perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang kuat, serta poin ke-4 tentang pendidikan berkualitas melalui pemahaman keagamaan yang inklusif dan moderat.
Sumber: