Unicef: Menstruasi Dianggap Tabu dan Sepele, Remaja Perempuan tidak Mendapat Informasi yang Benar

Unicef: Menstruasi Dianggap Tabu dan Sepele, Remaja Perempuan tidak Mendapat Informasi yang Benar

--

JAKARTA, DISWAYMALANG.ID -- Koordinator Bidang WASH Unicef Indonesia Muhammad Zainal mengungkapkan bahwa masalah kebersihan dan Kesehatan menstruasi masih dianggap tabu untuk dibicarakan, terutama di kalangan remaja perempuan. Akibatnya, akses informasi terhadap masalah yang sebenarnya alamiah ini menjadi terbatas. Tak jarang, remaja Perempuan menerima informasi yang salah yang kalau dipraktikkan justru berisiko membahayakan kesehatan reproduksi.

Keterbatasan akses ini merupakan salah satu di antara tantangan yang dihadapi remaja perempuan terkait menstruasi, seperti akses informasi, fasilitas, pelayanan kesehatan, hingga dukungan sosial.

"Faktanya, dari data yang ada, 1 dari 4 remaja perempuan tidak pernah membahas, tidak pernah mendiskusikan masalah menstruasi dengan orang dewasa, termasuk orang tuanya, sampai mengalami situasi pertama," ungkap Zainal pada Penguatan dan Keberlanjutan Edukasi Pubertas dan Manajemen Kesehatan & Kebersihan Menstruasi (MKM) melalui Aplikasi OKY di Jakarta, Kamis (19/12).

Sementara itu, layanan kesehatan reproduksi yang saat ini juga sudah ada di puskesmas pun tidak digunakan secara optimal. "Karena masih ada anggapan bahwa membicarakan masalah menstruasi dengan orang lain adalah sesuatu yang tabu. Ini yang menyebabkan tidak optimal," lanjutnya.

Di acara yang sama, Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Nopian Andusti menyebut bahwa masalah menstruasi juga kerap dianggap sepele dan tidak penting. "Masih banyak pandangan masyarakat pembicaraan ini adalah sesuatu yang tabu. Padahal ini sangat penting. Banyak anak remaja perempuan yang sudah masuk pada masa menstruasi, tetapi tidak bisa menyikapi ini," paparnya.

Padahal menstruasi menandakan bahwa perempuan bisa hamil dan melahirkan sehingga harus betul-betul terjaga kesehatan dan kebersihannya. Hal ini, lanjut Nopian, berdampak pada meningkatnya stres yang cukup tinggi terhadap remaja perempuan tersebut lantaran tidak adanya informasi yang bisa didapatkan yang berujung pada gangguan kesehatannya.

"Kadang-kadang remaja perempuan yang sudah menstruasi tidak bercerita kepada orang tuanya. Orang tuanya pun tidak mengingatkan sehingga mereka menjadi stres sendiri, mengurung diri, takut ini ada apa?" tuturnya.

Terutama di wilayah pelosok yang sulit mengakses informasi, Nopian pun menyarankan pengoptimalkan peran Duta Genre BKKBN untuk melakukan sosialisasi tentang menstruasi di daerah.

"Kami di BKKBN sudah terbentuk kurang lebih 83 ribu pasangan Duta Genre di seluruh desa dan kelurahan. Jadi artinya, kalau sepasang ada perempuan, mereka inilah yang kita harapkan untuk jadi perpanjangan tangan pemerintah untuk menyampaikan pesan-pesan ini kepada remaja-remaja yang ada di seluruh pelosok Tanah Air," tuturnya.

Ia juga menegaskan bahwa penyelesaian masalah ini memerlukan kolaborasi antara berbagai lembaga dan kementerian sehingga tidak perlu adanya ego sektoral untuk membentuk badan atau program dan duta secara sendiri-sendiri. Hal ini, menurutnya, berimbas pada pemerintah daerah yang kesulitan untuk melaksanakan program tersebut. (*)

Sumber: disway news network