Marak Kekerasan pada Anak, Mendikdasmen Abdul Mu'ti Soroti Parenting Orang Tua
Mendikdasmen Abdul Mu'ti.--Dok. Mendikdasmen
JAKARTA, DISWAYMALANG.ID -- Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyoroti kekerasan terhadap anak yang semakin marak terjadi. Untuk itu dia mengingatkan kembali peran orang tua dalam memberikan perhatian terhadap anak-anaknya.
"Persoalan parenting itu juga menjadi persoalan yang sangat perlu mendapatkan perhatian karena kita sekarang ketika membaca berita-berita di media, banyak hal yang harus kita lakukan bersama-sama karena kekerasan itu seringkali terjadi dan dialami oleh anak-anak," tutur Abdul Mu'ti pada peluncuran Risalah Kebijakan PAUD HI Modul Pendidikan Orang Tua Transisi PAUD-SD dan Aplikasi Anaking SEAMEO CECCEP di Jakarta, Kamis (19/12).
Terlebih, peristiwa memilukan ini justru dilakukan oleh orang yang seharusnya memberikan perlindungan dan pendidikan. "Dan pelaku kekerasan itu tidak jarang adalah mereka yang seharusnya mengasuh anak-anak itu. Sebagian yang melakukan adalah para pengasuh anak, sebagian bahkan orang tua kandungnya sendiri, atau sebagian yang lain adalah anggota keluarga yang seharusnya menjadi pembimbing, pengasuh, dan pelayan bagi anak-anak itu," paparnya.
Di samping itu, ia juga menyoroti ketidaktahuan orang tua terkait kemajuan teknologi sehingga tidak bisa memberikan pengawasan ketika anak bermain gawai tanpa kontrol. Bahkan, tak jarang anak mendapatkan permainan yang tidak edukatif.
"Parenting juga menjadi bagian yang sangat penting karena tidak jarang juga sebenarnya karena alasan-alasan yang bersifat pragmatis dan mungkin karena kurangnya pengetahuan dan kurangnya kemampuan, banyak orang tua yang kemudian memberikan berbagai macam permainan yang tidak edukatif," ungkapnya.
Ia pun membandingkan permainan yang dimainkan anak-anak zaman dulu dengan saat ini. "Dulu mungkin anak-anak masih banyak yang diberikan mainan berupa alat-alat peraga pendidikan yang memang mendidik. Sekarang mainannya diberikan dalam bentuk gadget yang kontennya tidak pernah disensor oleh orang tuanya," lanjutnya.
Bahkan, katanya,"Ada paradoks banyak orang tua yang belajar bagaimana menggunakan game dan handphone yang bagus dari cucunya atau dari anaknya."
Maka dari itu, ia menegaskan pentingnya kolaborasi untuk memperbaiki permasalahan ini karena penggunaan gadget yang berlebihan dan tidak edukatif tidak hanya berdampak negatif terhadap fisik, tetapi juga nilai-nilai luhur.
"Otak anak-anak itu yang mudah sekali terpengaruh oleh gelombang elektromagnetik yang memang menjadi sistem dari gadget-gadget itu," cetusnya.
Juga pada aktivitas fisik yang kemudian berkurang sejak kecil sehingga sudah mulai banyak anak yang malas gerak (mager) dan tidak bergaul dengan teman-teman sebayanya. Hal ini lantas membuat mereka kurang mengenali berbagai nilai-nilai dan norma-norma utama yang ada di masyarakat. Tak ayal, anak-anak tersebut kehilangan kecintaan terhadap alam, tidak cinta sesama, tidak cinta orang tua, dan sebagainya.
Oleh karena itu, ia mengungkapkan perlunya berbagai pendekatan agar anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang baik dan benar sejak dini. "Melalui kemampuan para orang tua dalam mengasuh anak-anak itu, menurut saya, menjadi tugas penting yang harus kita lakukan bersama-sama," lanjutnya.
Orang tua perlu diberi berbagai macam informasi, baik dalam bentuk buku maupun aplikasi-aplikasi yang memungkinkan orang tua dapat meningkatkan wawasan, kemampuan, serta komitmen untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak sejak dini. (*)
Sumber: