Dari Korporasi ke Kampus: Haruskah Universitas Dikelola dengan Cara Berpikir Seorang CEO?
Keputusan Dr Edi Purwanto STP MM, Direktur Utama Brawijaya Multiusaha (BMU), meninggalkan kenyamanan dunia korporasi dan kembali ke kampus memantik pertanyaan menarik: apakah universitas memang perlu dikelola dengan pendekatan bisnis profesional?-Elsa Amalia Kartika Putri-Disway Malang
Ada yang dipertahankan, ada yang dirotasi, ada pula profesional dari luar yang “di-inject” ke dalam organisasi. “Karena perusahaan ini dijalankan oleh SDM, maka langkah pertama saya ya membenahi SDM-nya,” ujarnya.
Proses ini tidak selalu mudah. Mengubah mindset yang telah terbentuk bertahun-tahun, apalagi di lingkungan akademik, membutuhkan kesabaran dan ketegasan. Namun bagi Edi, justru di situlah tantangan yang 'asyik'.
BACA JUGA:Penelitian Dosen UB Dapat Apresiasi dari UNESCO
“Tantangan paling besar itu mengubah mindset. Dari yang tidak pernah dituntut target, menjadi dituntut kinerja.”
Bertumbuh Tanpa Meninggalkan Nilai
Di bawah kepemimpinannya, unit usaha kampus tumbuh, kinerja keuangan membaik, dan tata kelola mulai dibenahi. Namun di balik capaian angka, tersimpan diskursus yang lebih dalam-Elsa Amalia Kartika Putri-Disway Malang
Dalam waktu kurang dari dua tahun, perubahan itu mulai terlihat. Jumlah unit usaha bertambah dari 7 menjadi 14 unit, ditambah 1 anak perusahaan. Kinerja keuangan pun menunjukkan tren positif, dengan pertumbuhan pendapatan dan laba naik hingga 25% secara konsisten.
Namun bagi Edi, angka bukan satu-satunya ukuran keberhasilan. Ia menekankan kesejahteraan karyawan, sistem kerja berbasis digital, dan profesionalisme sebagai fondasi jangka panjang.
“Yang PKWT sebelumnya di bawah UMR sekarang sudah di atas UMR. Beberapa juga kita naikkan statusnya jadi pegawai tetap,” katanya.
BACA JUGA:UB Perkuat Pengawasan Akademik ke Mitra Magang demi Jaga Mutu Pembelajaran Praktik Mahasiswa
Lebih dari itu, ia memandang BMU bukan sekadar mesin pencari laba, melainkan instrumen strategis kampus. “Visi BMU adalah menjadi perusahaan yang sehat, profesional, dan berkinerja unggul agar menjadi penopang utama pendapatan universitas,” jelasnya.
Di sinilah idealisme Edi terasa kuat. Baginya, perusahaan kampus harus kembali ke kampus. Keuntungan tidak boleh bocor keluar, tetapi menjadi sumber daya untuk memperkuat pendidikan.
“Kalau perusahaan kampus bisa besar, seluruh hasilnya kan masuk ke kampus. Implikasinya apa? Biaya pendidikan bisa ditekan, bahkan kita punya cita-cita supaya kuliah bisa digratiskan bagi yang tidak mampu,” ucapnya.
BACA JUGA:ARSC FTP UB Kembangkan Riset Labu Butternut dan Carbon Dots, Dorong Inovasi Pertanian Berkelanjutan
Pengabdian yang Diakui
Pendekatan kepemimpinan berbasis nilai dan profesionalisme itu tak luput dari perhatian. Dalam kurun waktu singkat, Edi menerima penghargaan dari alumni Universitas Brawijaya berbasis kewirausahaan.
Lebih jauh, pada Maret 2025, ia dipercaya menjadi Ketua Umum Forum Badan Usaha Milik PTNBH se-Indonesia, yang beranggotakan universitas besar seperti UGM, ITB, UI, dan IPB.
Sumber: liputan khusus
