7 April, World Health Day: Healthy Beginnings, Hopeful Futures, Soroti Kesehatan Ibu dan Anak Pasca Lahiran
-pinterest-
4. Amati Pola Menyusu
Menyusu adalah refleks penting yang menunjukkan bahwa sistem saraf, otot mulut, dan sistem pencernaan bayi bekerja dengan baik. Bayi yang sehat akan menyusu aktif setidaknya 8–12 kali sehari. Bila bayi terlihat malas menyusu, sering tertidur saat menyusu, atau tidak tampak kenyang setelah menyusu, itu bisa menjadi indikator adanya masalah kesehatan.
Dalam jurnal Pediatrics , keterlambatan menyusu dalam dua hari pertama dapat menyebabkan kurangnya asupan kalori dan memperpanjang jaundice. Selain itu, kegagalan menyusu juga bisa menandakan adanya masalah anatomi (seperti tongue tie) atau gangguan neurologis yang harus segera ditangani untuk mendukung pertumbuhan optimal bayi.
5. Periksa Refleks Dasar
Refleks seperti mengisap, menggenggam, dan Moro (refleks terkejut) seharusnya muncul secara otomatis pada bayi baru lahir. Ketidakhadiran salah satu refleks bisa menjadi sinyal gangguan neurologis atau trauma saat kelahiran. Misalnya, jika bayi tidak menunjukkan refleks mengisap saat puting atau dot disentuhkan, bisa jadi sistem saraf pusatnya terganggu.
Menurut StatPearls (Swart & Tadi, 2023), refleks primitif bayi merupakan bagian dari pemeriksaan neurologis dasar. Refleks yang tidak muncul atau terlalu lemah berpotensi menunjukkan gangguan otak seperti cerebral palsy, trauma lahir, atau kelainan genetik. Karena refleks ini mudah diuji, orang tua juga bisa diajari untuk mengenalinya di rumah.
6. Hitung Napas Bayi
Laju napas bayi sehat biasanya 30–60 kali per menit. Bila lebih dari itu (takipnea) atau kurang (bradipnea), bisa jadi tanda infeksi, kelainan paru, atau masalah metabolik. Napas yang tersengal-sengal atau disertai suara mendengkur juga patut diwaspadai.
Rennie & Roberton dalam Textbook of Neonatology disebutkan bahwa peningkatan laju napas secara terus-menerus adalah gejala umum dari Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) dan dapat berkembang menjadi pneumonia neonatal. Deteksi awal lewat pemantauan pernapasan di rumah bisa mencegah kondisi memburuk sebelum sampai ke rumah sakit.
7. Amati Tonus Otot Bayi
Tonus otot normal menunjukkan bayi memiliki kendali otot yang baik. Bayi yang terlalu lemas (hipotonia) cenderung sulit mengangkat kepala atau menggenggam tangan. Sebaliknya, bayi yang terlalu kaku bisa memiliki gangguan neurologis seperti spastisitas. Kondisi ini bisa dilihat dari cara bayi bergerak dan bereaksi terhadap sentuhan.
Dalam StatPearls dinyatakan bahwa kelainan tonus otot sering kali menjadi tanda pertama dari kelainan saraf pusat, gangguan metabolik, atau kelainan otot. Pemeriksaan lebih lanjut biasanya dilakukan melalui observasi neurologis dan tes darah. Tapi orang tua tetap punya peran penting dalam mendeteksinya lebih awal di rumah.
8. Pantau Warna dan Konsistensi Tinja
Tinja pertama bayi (mekonium) biasanya berwarna hitam kehijauan dan lengket. Namun, jika tinja tetap pucat atau berubah menjadi putih keabu-abuan, itu bisa menandakan kelainan saluran empedu seperti atresia bilier. Bayi juga harus buang air besar secara rutin. Jika tidak, bisa jadi ada masalah pencernaan atau alergi.
Dalam Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition dijelaskan bahwa warna tinja pucat adalah tanda awal obstruksi saluran empedu, dan tindakan cepat bisa mencegah kerusakan hati permanen. Oleh karena itu, dokter anak di banyak negara bahkan menganjurkan penggunaan “kartu warna tinja” untuk edukasi orang tua sejak dini.
Sumber: nelson textbooks of pediatrics
