10 Oktober Hari Kesehatan Mental Sedunia, WHO dan WFMH Serukan Akses Layanan Kesehatan Mental
Ucapan Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025--iStockphoto
MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Setiap tanggal 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia (World Mental Health Day). Sebuah momentum untuk mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan mental. Terutama pada masa krisis dan bencana.
Tahun ini, tema yang diangkat oleh World Federation for Mental Health (WFMH) bersama World Health Organization (WHO) adalah “Access to Services-Mental Health in Catastrophes and Emergencies” atau “Akses Layanan-Kesehatan Mental dalam Bencana dan Keadaan Darurat.”
Tema tersebut menjadi cerminan situasi global saat ini yang penuh dengan konflik, bencana alam, dan keadaan darurat kemanusiaan di berbagai belahan dunia.
Dalam pesannya, Presiden WFMH Tsuyoshi Akiyama menegaskan, tema ini bukan hanya relevan. Tetapi juga mendesak untuk diwujudkan dalam tindakan nyata.
“Dunia kini dipenuhi dengan berbagai bencana dan keadaan darurat. Pertanyaannya, apakah akses layanan kesehatan mental sudah cukup untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan, kesejahteraan jiwa manusia?” ujar Tsuyoshi Akiyama dalam pesannya secara global yang dirilis Kamis (10/10).
Akiyama menyoroti bahwa bencana dan konflik tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik. Tetapi juga meninggalkan luka emosional yang mendalam.
Ia menegaskan, ketika penderitaan begitu meluas, masyarakat perlu menggerakkan sifat-sifat dasar manusia. Seperti empati, kepedulian, dan kemampuan untuk saling menyembuhkan.
“Untuk mengimbangi dampak negatif dari sifat dasar manusia yang menyebabkan bencana, kita perlu memobilisasi sisi lain kemanusiaan. Yaitu kemampuan untuk memberi dukungan, menyembuhkan, dan merawat sesama,” tambahnya.
Sementara itu, Presiden Terpilih WFMH Prof Dr Sabine Bährer-Kohler menyoroti urgensi penyediaan layanan kesehatan mental dan dukungan psikososial (MHPSS) bagi komunitas terdampak.
Dalam lembar fakta WFMH, disebutkan bahwa hampir sepertiga korban bencana berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental yang serius. Seperti stres pascatrauma (PTSD), depresi, dan kecemasan berat.
“Paparan trauma yang berkepanjangan, ditambah tekanan untuk menolong di situasi ekstrem, dapat membebani kesejahteraan mental para profesional kemanusiaan. Oleh karena itu, perhatian dan perlindungan bagi mereka juga harus menjadi prioritas,” ujar Bährer-Kohler.
WHO dalam siaran resminya juga menegaskan bahwa investasi di bidang kesehatan mental adalah investasi dalam pemulihan kehidupan. Dalam konteks global, setiap bencana dan konflik tidak hanya memengaruhi infrastruktur dan ekonomi. Tetapi juga stabilitas psikologis masyarakat.
Oleh sebab itu, WHO mengajak seluruh negara untuk memperkuat sistem layanan kesehatan mental. Juga membangun kapasitas profesional di bidang psikososial.
Serta memastikan bantuan bisa diakses oleh kelompok rentan seperti anak-anak, perempuan, dan lansia.
Sumber: world health organization (who)





