Meredam Bara Sebelum Menjadi Api, Mengenal De-Escalation Tactics dalam Dunia Kerja
Ilustrasi Konflik di Kantor-pinterest-
Kadang suara sudah kalem, tapi postur tubuh bisa tetap menantang. Bahasa tubuh yang terbuka, tidak menyilangkan tangan, tidak menatap tajam, dan mengangguk pelan bisa membantu menurunkan tensi konflik tanpa perlu berkata apa pun.
5. Time-Out: Menjeda Percakapan Sebelum Jadi Pertikaian
Saat konflik mulai memanas, waktu istirahat terarah bisa mencegah terjadinya ledakan. Bukan lari dari masalah, tapi memberi waktu berpikir.
Contoh: Dalam rapat antar divisi yang mulai berteriak, pemimpin bisa berkata, “Gimana kalau kita break 15 menit? Lanjut lagi dengan kepala lebih dingin.” Setelah jeda, diskusi bisa kembali rasional.
6. Agreeing to a Small Truth: Mengakui Hal Kecil untuk Meredam Besar
Saat diserang, ada kecenderungan untuk membantah semua. Tapi taktik ini mengajarkan untuk mengakui bagian kecil yang benar, agar tidak menciptakan perlawanan total.
Contoh : Ketika klien marah karena revisi lambat, bisa menjawab, “Betul, timeline kami agak mundur di awal minggu ini. Itu catatan penting buat kami. Tapi progress berikutnya sudah kami percepat.” Respons seperti ini membuat klien merasa didengar tanpa membuat tim merasa kalah total.
7. Redirecting Focus: Ubah Arah Diskusi dari Emosi ke Fakta
Kalau konflik terus berputar di perasaan pribadi, ubah arah dengan menyodorkan data atau hasil konkret. Ini membantu lawan bicara keluar dari perang kata ke ranah solusi.
Contoh: Dua tim misalnya saling menyalahkan soal gagal pitching. Supervisor bisa menyodorkan hasil feedback dari klien. Lalu berkata, “Daripada kita saling nuding, mari kita baca bareng apa yang diminta klien sebenarnya.”
8. Naming the Conflict Early: Menyebut Masalah Sebelum Jadi Luka Dalam
Banyak konflik jadi makin besar karena didiamkan. Salah satu de-escalation tactic penting adalah menyuarakan ketegangan sejak dini dengan kalimat netral.
Contoh: “Sepertinya kita punya pandangan beda soal fitur ini. Gimana kalau kita ngobrol sebentar sebelum mulai ngerjain?” Konflik dicegah sebelum masuk ke fase eksekusi.
9. Change the Environment: Ganti Suasana, Ganti Energi
Lingkungan kadang memperkeruh konflik. Ruang yang terlalu formal atau terlalu panas bisa bikin emosi naik. Pindah tempat ke ruang yang lebih santai bisa mengubah nada diskusi.
Sumber: cisa
