1 tahun disway

Tren Konsumsi Harian Video Pendek dan Dampaknya terhadap Kesehatan Digital

Tren Konsumsi Harian Video Pendek dan Dampaknya terhadap Kesehatan Digital

Ilustrasi media sosial--pixabay

MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Tahun 2025 menandai era baru dalam pola konsumsi konten digital masyarakat dunia, termasuk Indonesia. 

Dengan penetrasi internet yang semakin luas, terutama di negara-negara berkembang, bentuk hiburan yang praktis dan instan seperti video pendek menjadi primadona di tengah keseharian masyarakat.

Indonesia mencatatkan angka mengejutkan sekitar rata-rata warganya menonton video berdurasi pendek sebanyak 4,90 hari dalam sepekan. 

Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara ke-5 di dunia dalam hal intensitas menonton konten short video mengalahkan negara-negara lain seperti Chili, Brasil, dan Argentina. 

Di atas Indonesia bertengger Nigeria (5,10 hari), Filipina, Kenya, dan Thailand. Temuan ini berasal dari laporan Digital 2025 April Global Statshot Report yang dirilis oleh lembaga riset digital internasional, We Are Social.

Dominasi negara-negara dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin dalam daftar ini mengindikasikan kemiripan dalam pola perilaku digital seperti adanya keterjangkauan akses internet, dominasi pengguna muda, serta budaya berbagi konten visual yang cepat dan viral. 

Bagi masyarakat Indonesia, konten seperti TikTok, YouTube Shorts, dan Instagram Reels bukan sekadar hiburan, melainkan juga alat untuk mengekspresikan diri, membangun komunitas, hingga mendapatkan penghasilan.

Namun, tren ini tidak lepas dari sisi gelapnya. Fenomena “video pendek setiap hari” secara tidak langsung menciptakan kebiasaan konsumsi instan yang bisa memengaruhi psikologi masyarakat, khususnya terkait dengan menurunnya daya konsentrasi (attention span).

Konsumsi informasi yang terus-menerus dalam format cepat dan ringkas dapat menghambat kemampuan seseorang untuk fokus pada tugas jangka panjang atau kegiatan yang membutuhkan perhatian penuh.

Untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut, penting bagi masyarakat terutama generasi muda untuk mengembangkan pola hidup digital yang lebih seimbang. 

Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  • Membuat jadwal penggunaan media sosial secara disiplin
  • Memberlakukan waktu istirahat dari layar digital
  • Menghindari multitasking saat bekerja atau belajar
  • Mengalokasikan waktu khusus untuk aktivitas mendalam seperti membaca, menulis, atau meditasi

Literasi digital kini tidak cukup hanya memahami cara menggunakan platform, tetapi juga menuntut kesadaran akan dampaknya terhadap tubuh dan pikiran. 

Di tengah serbuan algoritma yang memanjakan impuls dan rasa penasaran sesaat, kemampuan untuk mengendalikan atensi adalah bentuk baru dari kecerdasan digital yang patut dikembangkan

Sumber: we are social