Momen Hari Hidup Bersama dalam Damai, Yuk Gunakan Jempol dengan Bijak di Era Digital!
Hidup Dengan Damai di Media Sosial-Masco-
4. Kolom Komentar = Zona Damai, Bukan Medan Perang
Kolom komentar sering jadi medan perang tanpa aturan. Satu orang berkomentar kasar, yang lain ikut menyambar. Efek domino terjadi. Dalam hitungan menit, sebuah unggahan biasa bisa berubah jadi perdebatan panas, bahkan hujatan massal.
Padahal, kolom komentar bisa jadi tempat berbagi perspektif, belajar sudut pandang lain, atau sekadar mengapresiasi. Coba mulai dengan komentar positif, atau bertanya baik-baik jika tidak setuju. Ingat, di balik akun itu ada manusia. Dan tidak semua orang punya daya tahan yang sama terhadap kata-kata tajam.
5. Kritik Boleh, Tapi Jangan Menelanjangi
Kritik adalah vitamin bagi siapa pun. Tapi kalau kritik berubah jadi hinaan, maknanya hilang. Banyak orang merasa bebas berkata apa saja di media sosial karena merasa “nggak ada yang kenal.” Akibatnya, mereka menyerang dengan membabi buta, bahkan sampai ke ranah pribadi.
Mengkritik konten seharusnya fokus pada isi. Bukan ke agama si pembuat konten, bukan ke fisik, bukan ke latar belakang keluarga. Ketika kritik dilontarkan dengan empati, penerimanya juga lebih terbuka. Damai itu bukan soal menghindari kritik, tapi cara mengemasnya agar bisa diterima.
6. Emoji Bisa Jadi Jembatan, Bukan Senjata
Emoji memang kecil, tapi bisa bicara lebih keras daripada kata-kata. Emoji senyum bisa meredakan tensi. Tapi emoji ketawa sinis atau api bisa memancing emosi. Sayangnya, banyak orang pakai emoji bukan buat memperhalus, tapi malah buat menyindir atau memperkeruh suasana.
Menggunakan emoji dengan bijak bisa mempererat komunikasi. Di dunia tanpa intonasi, simbol visual seperti ini bisa jadi jembatan rasa. Gunakan dengan tujuan membangun suasana, bukan memperuncing konflik. Peace sign, misalnya, bukan cuma gaya—tapi bisa jadi simbol niat baik.
7. Jangan Pakai Story Buat Nyindir yang Tidak Hadir
Menyindir lewat story sering dianggap cara elegan untuk meluapkan emosi. Padahal, itu justru bentuk ketidakdewasaan dalam berkomunikasi. Story bersifat sepihak. Orang yang disindir tidak bisa menjawab, dan penonton lain hanya bisa menebak-nebak.
Daripada pakai story buat lempar kode, lebih baik selesaikan masalah secara langsung. Kalau memang perlu bicara, gunakan ruang privat. Kalau belum siap bicara, lebih baik diam daripada melempar bensin ke api yang belum padam.
8. Jangan Pakai Agama Buat Menyerang Orang Lain
Di medsos, kita sering melihat orang menggunakan ayat suci untuk menyerang yang berbeda pendapat. Padahal, agama hadir untuk membawa kedamaian, bukan dijadikan tameng kebencian. Mengutip ayat hanya untuk mempermalukan orang lain justru mencoreng makna spiritual itu sendiri.
Kita bisa berbeda keyakinan dan tetap hidup berdampingan. Bahkan, kita bisa beda pemahaman dalam satu agama yang sama. Menghormati keyakinan orang lain adalah bentuk kedamaian sejati. Jangan gunakan yang suci untuk menyebarkan luka.
Sumber: reddit
