Namun semakin kasus ini berkembang, semakin jelas pula gambaran yang ia tangkap. “Akhirnya jelas ya, oh ternyata masalahnya begini… beda perhitungan, beda persepsi… beda angka, beda harga.”
Agus kemudian memberikan analogi bisnis yang sangat membumi, sesuai pengalamannya sebagai pelaku usaha. Agus, yang kini berbisnis pemotongan ayam dan menggerakkan UMKM perayaman, mengaku memahami langkah Ira melalui kaca mata dunia usahanya
“Kalau saya melihat dari sisi bisnis, itu cara tepat mengembangkan bisnis. Ini bukan beli kapal, tapi beli perusahaan,” jelasnya. Ia mengibaratkan akuisisi perusahaan seperti membeli bisnis resto.
“Saya bilang ke teman-teman, Anda tidak membeli ayam ke saya, tapi Anda membeli bisnisnya. Jadi nggak bisa dihitung ayamnya berapa, etalasenya berapa. Yang dibeli itu bisnisnya. Itu logika sederhana saya.”
Ia menegaskan bahwa publik perlu memahami konteks ini secara utuh. Bahwa keputusan Ira saat memimpin ASDP merupakan langkah strategis dalam dunia korporasi, bukan tindakan melawan hukum. Karena itu, ketika Presiden akhirnya memberikan rehabilitasi, kelompok alumni merasa lega. “Kami cukup bergembira… Alhamdulillah.”
BACA JUGA:Suami Semringah saat Kunjungi Dirut ASDP Ira Puspadewi di Rutan KPK, Belum Tahu Kapan Dibebaskan
Solidaritas Alumni: Menguat Saat Teman Terpuruk
Dukungan kepada Ira tidak berhenti pada doa dan kalimat-kalimat penguatan. Angkatan 86 hingga keluarga besar Fapet UB bergerak aktif. Termasuk menghadiri sidang terakhir dan menggalang suara melalui formulir pemilihan Alumni Inspiratif UB, sebuah ajang penghormatan di tingkat universitas.
“Itu bentuk support kami… kedekatan kami… khususnya di A86 dan umumnya di Fakultas Peternakan UB.”
Bagi Agus, rehabilitasi nama baik bukan hanya kemenangan bagi Ira, tetapi juga bagi keadilan publik. “Yang terpenting adalah rehabilitasi bahwa Bu Ira tidak korupsi… ini hanya persoalan beda perhitungan, beda persepsi.”
Ira (dua dari kiri), kalau sedang longgar, selalu menyempatkan hadir jika diundang kumpul-kumpul sama teman seangkatan di Fapet UB --Istimewa
Walau ia mengakui adanya pro-kontra di masyarakat, Agus tetap memberikan pesan yang tegas dan tulus. “Insyaallah Allah melindungi Bu Ira dan keluarganya… dan tidak mengubah apa pun. Karena sampai detik beliau jadi Dirut, tidak ada satu pun yang berubah tentang kesederhanaannya.”
BACA JUGA:Kuasa Hukum Ira Puspadewi Datangi KPK Jelang Pembebasannya, KPK Tunggu Surat dari Presiden
“Tetaplah Menjadi Sahabat yang Baik”.
Pada bagian akhir wawancara, suara Agus terdengar lebih berat, lebih emosional. Ia berkata pelan, “Ini suara hati yang ingin saya sampaikan… mudah-mudahan ini menjadi pengingat bahwa jangan takut berkreasi, jangan takut berkontribusi untuk negara.”
Lalu ia menutup dengan kalimat yang sederhana, namun justru itulah inti dari seluruh kisah panjang ini. “Siapa pun Anda berada di posisi jabatan apa pun, tetaplah menjadi sahabat yang baik… seperti yang kita kenal sejak awal.”
Sebuah pesan yang lahir dari perjalanan puluhan tahun sebuah persahabatan yang justru semakin kokoh saat badai datang menerpa. Baginya, itulah warisan terbesar yang ditinggalkan Ira di mata angkatan 86: seseorang yang tidak pernah berubah, bahkan ketika dunia di luar berubah begitu cepat.