Delegasi 7 Negara Bahas Penanganan Krisis Sumber Daya Air di UB
Penyelenggaraan The 6th International Conference on Water Resources Development and Environmental Protection (ICWRDEP 2025) pada (27/09–28/09))--prasetya.ub.ac.id
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Delegasi dari tujuh negara ambil bagian untuk bersama-sama membahas penanganan krisis air global. Delegasi yang berasal dari Australia, Selandia Baru, Thailand, Malaysia, Belanda, Jepang dsn tuan rumah Indonesia itu, membahas isu vital tersebut dalam The 6th International Conference on Water Resources Development and Environmental Protection (ICWRDEP 2025)
Konferensi internasional yang berlangsung 27-28 September 2025 ini diselenggarakan Departemen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Forum ini juga menjadi wadah kolaborasi strategis antara ilmuwan, pembuat kebijakan, praktisi, dari berbagai negara untuk merumuskan solusi nyata atas tantangan air bersih dan lingkungan yang makin mendesak.
Tahun ini, panitia mencatat 103 abstract submissions, dengan 72 penulis yang mempresentasikan karya dalam sesi tematik. Selain itu, ada 71 full paper submissions yang disiapkan untuk prosiding, sehingga memperkaya pembahasan dengan metode, studi kasus, hingga rekomendasi kebijakan.
Dalam sambutannya secara virtual, Rektor UB, Prof. Widodo, mengatakan bahwa air bukan sekadar sumber daya melainkan fondasi kehidupan. Ia menyoroti bahwa lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab moral dan profesional untuk menyumbangkan penelitian yang relevan dan solusi yang berkelanjutan kepada masyarakat.
“Air bukan hanya sumber daya, melainkan kehidupan itu sendiri. Namun hari ini air menghadapi tantangan serius. Seperempat penduduk dunia tidak memiliki akses air minum layak, dan hampir dua pertiga populasi global mengalami kekurangan air. Ini bukan sekadar angka, tetapi masalah nyata yang perlu segera ditangani,” kata Prof. Widodo.
Di sisi lain, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Internasionalisasi, Prof. Andi Kurniawan, menggarisbawahi bahwa perkembangan teknologi digital turut memunculkan dimensi baru dalam penggunaan air. Seperti kebutuhan pendinginan data‑center dan server. Menurutnya, hal ini menambah kompleksitas permasalahan air yang menuntut pendekatan holistik dan lintas disiplin.
ICWERDEP 2025, Cipta Ide Arsitektur Air
ICWRDEP 2025 mengangkat enam topik besar, yakni rekayasa sungai, rekayasa lingkungan dan sanitasi, manajemen sumber daya air, pengelolaan pesisir, pengurangan risiko bencana terkait air. Serta, rekayasa sipil dan arsitektur yang berhubungan dengan air.
Konferensi ini juga melibatkan pemangku kepentingan di luar kampus. Seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Perum Jasa Tirta I, Global Water Partnership South East Asia, hingga dukungan sponsor strategis dari berbagai perusahaan dan lembaga.
UB berharap bahwa rekomendasi dan hasil penelitian dari konferensi ini nantinya dapat menjadi pijakan kebijakan regional dan nasional. Dengan publikasi terbuka, rumusan solusi diharapkan mampu menyentuh masyarakat langsung serta memperkokoh kerja sama antara akademisi, pemerintah, dan industri.
ICWRDEP 2025 bukan sekadar forum teknis; ia juga menjadi salah satu medium penting untuk mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs). Di antaranya SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi) dengan berfokus pada pengelolaan air, kualitas, akses, dan sanitasi. Kemudian SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) karena krisis air sering berkaitan dengan pola curah hujan ekstrem, kekeringan, dan banjir. SDG 14 (Ekosistem Laut & Pesisir) Topik pesisir dan pengelolaan ekosistem air pantai dibahas sebagai bagian dari konferensi. Serta SDG 17 (Kemitraan untuk Tujuan) dimana Konferensi mendorong kolaborasi lintas negara, akademia, dan pemerintah.
BACA JUGA:6.000 Mahasiswa UM Ikuti Kuliah Kebangsaan “Cinta Bangga Paham Rupiah”
Sumber: prasetya.ub.ac.id
