Diet Berbasis Nabati Makin Nge-Tren, Bagaimana Nasib Pola Makan Berbasis Daging?
--cuimc.columbia.edu
MALANG, DISWAYMALANG.ID--Jika dulu daging adalah simbol kekuatan, kemewahan, dan kenikmatan kuliner, kini tanaman hijau mulai mengambil alih sorotan. Fenomena plant-based diet atau diet berbasis nabati kian menjadi gaya hidup, terutama di kalangan generasi milenial dan Gen Z.
Di Indonesia, pasar makanan nabati menunjukkan pertumbuhan signifikan. Laporan dari sebuag survei menyebut 67% masyarakat Indonesia berminat mencoba makanan plant-based, dan 50% di antaranya bersedia mengonsumsinya secara teratur. Tren ini sejalan dengan pola global yang menunjukkan meningkatnya perhatian terhadap kesehatan dan keberlanjutan lingkungan.
Perbandingan: Nabati vs Hewani
Budaya kuliner Indonesia sangat erat dengan hidangan daging, mulai dari rendang, sate, hingga ayam goreng. Menurut pakar gizi, pola makan berbasis daging tidak sepenuhnya buruk karena mengandung protein lengkap, vitamin B12, dan zat besi heme yang penting untuk tubuh. Namun, konsumsi dengan jumlah yang berlebih, terutama daging merah dan olahan terbukti meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker kolorektal.
Sebaliknya, plant-based diet menawarkan keunggulan dalam menurunkan kadar kolesterol, menjaga berat badan, dan memperbaiki metabolisme gula darah. Diet ini juga lebih ramah lingkungan karena jejak karbon produksi nabati jauh lebih rendah dibandingkan peternakan hewani.
BACA JUGA:DBL Malang 2025 Masuki Hari Terakhir Babak Grup Hari Ini, Siapa Yang Menyusul ke Playoffs?
Tren bisnis dan gaya hidup
Tren ini memunculkan peluang bisnis baru. Restoran vegan, kafe sehat, hingga produk meat substitute berbahan kedelai, jamur, atau kacang mulai membanjiri pasar. Hypeabis melaporkan bahwa bisnis makanan sehat, terutama plant-based, diprediksi akan terus berkembang dalam lima tahun ke depan.
Di sisi lain, pola makan nabati juga menjadi bagian identitas sosial. Generasi muda banyak memamerkan menu vegan atau vegetarian mereka di media sosial, seakan-akan menjadi simbol gaya hidup modern, sehat, dan peduli bumi.
Masa depan: Bersaing atau Berdampingan?
Pertanyaannya kini, apakah pola makan berbasis daging akan benar-benar tergeser? Fenomena “nabati versus hewani” saat ini bukan tentang menghapus daging, melainkan menemukan keseimbangan.

Solusi yang realistis adalah pola makan flexitarian, yaitu tetap mengonsumsi daging, tetapi dalam jumlah terbatas, sementara sayur, buah, dan protein nabati menjadi menu utama sehari-hari.
Dengan cara ini, masyarakat masih bisa menikmati kuliner berbasis daging khas Indonesia, sambil tetap mengikuti tren kesehatan dan menjaga bumi.
Plant-based diet kini bertransformasi dari sekadar tren menjadi gaya hidup baru yang memperhitungkan kesehatan, lingkungan, dan inovasi kuliner.
Sementara pola makan hewani belum hilang, tren ini membuka jalan menuju ekosistem makanan yang lebih berkelanjutan dan variatif.
Alih-alih menghapus salah satunya, masa depan kuliner tampaknya akan berada di titik tengah, mengutamakan nabati tanpa benar-benar meninggalkan hewani.
Sumber: theguardian.com
