1 tahun disway

23 April, World Book Day: Membaca Buku untuk Mengembangkan Pengetahuan Mengenai Moral!

23 April, World Book Day: Membaca Buku untuk Mengembangkan Pengetahuan Mengenai Moral!

Perayaan Hari Buku Internasional Untuk Tingkatkan Literasi Dalam Pengembangan Moral di Kehidupan-Freepik -

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Setiap 23 April, dunia memperingati World Book Day, hari yang ditetapkan UNESCO untuk merayakan kekuatan literasi dan kontribusi buku terhadap kehidupan.

Sebuah studi dari University of Toronto (2013) menunjukkan bahwa membaca fiksi literatur dapat meningkatkan Theory of Mind, yaitu kemampuan memahami perasaan, niat, dan sudut pandang orang lain. Ini adalah fondasi utama dari empati dan perilaku moral. Tidak mengherankan jika membaca fiksi yang kompleks memiliki efek jangka panjang dalam membentuk karakter pembacanya.

Buku bukan sekadar alat untuk menambah pengetahuan, tetapi juga medium penting dalam membentuk karakter, nilai, dan integritas pribadi.

Moral tidak tumbuh dari ruang kosong. Ia berkembang melalui perenungan, pemahaman terhadap penderitaan orang lain, dan kesediaan untuk mendengarkan narasi-narasi berbeda. Buku menyediakan ruang-ruang itu.

Di Hari Buku Sedunia ini, mari melihat bagaimana membaca dapat membentuk moralitas, serta mengulas rekomendasi buku yang mampu menajamkan rasa empati, integritas, hingga kesadaran sosial bagi diri!

1. Empati Tidak Datang Secara Instan: Belajar dari Kisah Anne Frank

"The Diary of a Young Girl – Anne Frank"

Dalam suasana gelap Perang Dunia II, Anne Frank mencatat hari-harinya dengan jujur dan polos. Buku hariannya tidak hanya memperlihatkan penderitaan seorang anak yang bersembunyi dari kekejaman Nazi, tapi juga mempertontonkan kekuatan batin manusia dalam menghadapi ketakutan. Di balik tulisan remaja yang sederhana, terdapat perenungan tentang kemanusiaan, keadilan, dan harapan.

Membaca kisah Anne Frank mengajarkan tentang empati—sebuah nilai moral yang krusial namun sering terabaikan. Melalui catatannya, muncul kesadaran bahwa pengalaman orang lain layak untuk dipahami, bukan dihakimi. Anne tidak hanya menjadi simbol sejarah, tetapi juga pengingat bahwa: 

empati paling dalam kerap lahir dari kesunyian dan penderitaan.

2. Moralitas dalam Ketidakadilan: Pelajaran dari Alabama

"To Kill a Mockingbird – Harper Lee"

Harper Lee merangkai kisah Atticus Finch, seorang pengacara yang membela pria kulit hitam dalam sistem hukum yang bias. Meski pengadilan adalah panggung utama, sejatinya novel ini adalah cerita tentang keberanian moral dalam menghadapi mayoritas yang salah. Atticus Finch tidak hanya mewakili hukum, tetapi juga prinsip etika yang tidak tergoyahkan oleh tekanan sosial.

Dalam dunia yang sering kali memilih netralitas demi kenyamanan, karakter Atticus menunjukkan bahwa membela kebenaran adalah keputusan berisiko namun bermartabat. Buku ini menanamkan bahwa:

Sumber: university of toronto