Perajin Batik Malang Gelar Sarasehan, Bahas Kreasi Batik Khusus untuk Sampur Tari

APBKM dorong kreasi batik Malang untuk slendang tari tradisional guna memperkaya budaya loka-Istimewa-
MALANG, DISWAYMALANG.ID – Asosiasi Perajin Batik Kota Malang (APBKM) terus berupaya melestarikan serta mengembangkan batik khas Malang. Salah satu langkah terbaru yang diusung adalah menciptakan batik khusus untuk slendang atau sampur tari tradisional Malang. Inisiatif ini mengemuka dalam Sarasehan Batik Malang yang berlangsung di Batik Organik Buring pada Minggu (23/3/2025).
Sarasehan ini merupakan kelanjutan dari diskusi yang telah dilakukan sebelumnya di Kampung Budaya Polowijen. Jika pertemuan pertama membahas akar sejarah batik klasik Malang, kali ini fokusnya adalah penerapan batik dalam kostum tari tradisional khas Malang.
Ketua APBKM Ki Demang atau Isa Wahyudi, mengungkapkan bahwa gagasan ini muncul setelah Festival Seni Tradisi #1 yang diselenggarakan Museum Musik Indonesia pada 23 Februari 2025 di Taman Krida Budaya Jawa Timur. Dalam kesempatan itu, maestro tari Didi Nini Towok menampilkan sampur yang pernah digunakan oleh almarhum Mbah Rasimun dalam tari Topeng Gunungsari dan Beskalan Putri Malang. Sampur tersebut bermotif batik pesisir utara seperti Slendang Pati atau Slendang Gedog, yang ternyata menjadi ikon dalam tariannya.
Batik Malang Berpeluang Menjadi Identitas Baru Sampur Tari
Sarasehan ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Prof. Dr. Robby Hidajat, M.Sn, Guru Besar Topeng Malang dari Universitas Negeri Malang, serta Wiwik Niarti, pemilik Batik Blimbing sekaligus Penasehat APBKM. Dalam paparannya, Prof. Robby menegaskan bahwa hingga saat ini, belum ditemukan aturan baku mengenai penggunaan batik dalam kostum tari Topeng Malang maupun Beskalan Putri Malang.
“Slendang atau sampur tari yang digunakan oleh Mbah Rasimun berasal dari batik pesisir utara, bukan batik khas Malang. Namun, ini bisa menjadi peluang bagi perajin batik Malang untuk menciptakan motif khas yang dapat digunakan dalam tari tradisional Malang,” jelas Prof. Robby.
Lebih lanjut, Prof. Robby menyarankan agar dalam perancangan motif batik untuk sampur tari, sebaiknya mengadopsi motif “umpal” yang ditemukan di berbagai candi di sekitar Malang. Motif ini memiliki makna filosofis sebagai penolak bala, yang sejalan dengan tradisi penggunaan sampur dalam pertunjukan tari.
Foto bersama anggota APBKM peserta Sarasehan Batik Malang Minggu (23/3/2025)-Istimewa-
Pengembangan Batik Malang dengan Motif Tradisional
Selain itu, Wiwik Niarti menambahkan bahwa selama ini kostum tari tradisional Malang, terutama tari Topeng Malang dan Beskalan Putri Malang, lebih banyak dihiasi dengan payet daripada batik. Beberapa motif yang sering digunakan di antaranya motif teratai, manggar, kembang ceplok, truntum, bintang-bintang, dan merak. Motif-motif ini dapat menjadi inspirasi dalam pengembangan batik khas Malang untuk kostum tari.
Namun, Prof. Robby menekankan bahwa proses adaptasi batik dalam kostum tari tradisional Malang harus dilakukan dengan bimbingan para ahli tari. Hal ini untuk memastikan bahwa perubahan tidak menghilangkan esensi dan nilai estetika yang telah berkembang dalam sejarah kesenian Malang. (*)
Sumber: