20 Maret, Hari Dongeng Sedunia: Dongeng di Berbagai Budaya, Cerita yang Sama, Versi Yang Berbeda!

20 Maret, Hari Dongeng Sedunia: Dongeng di Berbagai Budaya, Cerita yang Sama, Versi Yang Berbeda!

Ilustrasi Buku Dongeng-Freepik -

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Setiap tanggal 20 Maret, dunia memperingati Hari Dongeng Sedunia, sebuah momentum untuk merayakan kekayaan cerita rakyat yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Dongeng merupakan bagian dari warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Meskipun diceritakan di berbagai belahan dunia, banyak kisah memiliki kemiripan satu sama lain meski dengan perspektif yang berbeda.

Perbedaan ini menunjukkan bagaimana nilai, norma, dan sejarah membentuk cara sebuah masyarakat memahami kehidupan!

1. Cinderella: Dari Tiongkok hingga Prancis

Kisah gadis malang yang berubah menjadi putri bukan hanya milik Disney. Salah satu versi tertua berasal dari Tiongkok, dengan tokoh utama bernama Ye Xian. Dalam kisah ini, Ye Xian kehilangan ibunya dan harus menghadapi ibu tiri yang kejam. Ia mendapatkan bantuan dari ikan ajaib yang memberinya gaun indah untuk pergi ke festival musim semi. Namun, ketika ketahuan dan melarikan diri, sepatunya tertinggal. Seorang raja bernama To'Han menemukan sepatu tersebut dan akhirnya menikahi Ye Xian.

Sementara itu, versi yang lebih terkenal berasal dari Prancis, ditulis oleh Charles Perrault dengan judul Cendrillon. Kisah ini lebih dekat dengan adaptasi Disney yang kita kenal sekarang. Dalam versi ini, Cinderella dibantu oleh peri ibu baptisnya yang mengubah labu menjadi kereta kencana. Berbeda dengan versi Grimm dari Jerman yang lebih kelam—di mana kakak tiri Cinderella memotong jari kaki mereka agar muat ke sepatu kaca—Perrault memberikan akhir bahagia tanpa kekerasan.

2. Si Serigala dan Anak Domba: Yunani vs Prancis

Dongeng tentang serigala dan anak domba pertama kali muncul dalam fabel Aesop dari Yunani. Dalam cerita ini, seekor serigala melihat seekor domba kecil yang sedang minum di sungai. Serigala menuduh domba telah mencemari airnya, meskipun domba minum dari bagian bawah sungai. Tak peduli betapa masuk akalnya sang domba dalam membela diri, serigala tetap menyerangnya. Kisah ini menjadi simbol bagaimana kekuasaan sering kali lebih menentukan daripada kebenaran.

Di tangan penulis Prancis, Jean de La Fontaine, cerita ini diadaptasi dalam bentuk puisi dalam kumpulan fabelnya yang terkenal. Narasi yang lebih dramatis dan bahasa yang lebih indah tetap mempertahankan pesan moralnya: yang lemah sering kali menjadi korban ketidakadilan. Versi Prancis ini juga menyoroti bagaimana kebohongan dan tipu daya sering digunakan oleh mereka yang berkuasa untuk menindas yang lemah.

3. Si Tudung Merah: Versi Eropa yang Berbeda

Versi asli Little Red Riding Hood yang ditulis oleh Charles Perrault dari Prancis memiliki akhir yang tragis. Dalam cerita ini, serigala memakan nenek dan Gadis Bertudung Merah tanpa ada yang menyelamatkan mereka. Pesan moralnya jelas: anak-anak, terutama perempuan, harus berhati-hati terhadap orang asing yang bisa saja berbahaya. Dongeng ini mencerminkan kekhawatiran sosial pada zaman itu mengenai keselamatan dan kepolosan anak-anak perempuan.

Berbeda dengan Perrault, Grimm Brothers dari Jerman menambahkan akhir yang lebih optimis. Dalam versi mereka, seorang pemburu datang menyelamatkan si gadis dan neneknya dengan membedah perut serigala, mengeluarkan mereka yang masih hidup. Selain itu, mereka menambahkan elemen di mana Gadis Bertudung Merah dan neneknya mengelabui serigala di pertemuan kedua, menunjukkan bahwa mereka belajar dari pengalaman mereka.

4. Putri Tidur: Dari Italia ke Jerman

Versi awal Sleeping Beauty berasal dari dalam cerita berjudul Sun, Moon, and Talia yang ditulis oleh Giambattista Basile. Kisah ini jauh lebih gelap dibanding versi modern. Putri yang tertidur bukan dibangunkan oleh ciuman pangeran, melainkan karena melahirkan anak kembar setelah pangeran menemukannya dalam keadaan tidak sadar. Anak-anaknya yang tanpa sengaja menghisap jari ibunya yang tertusuk membuatnya terbangun.

Versi yang lebih dikenal berasal dari Grimm Brothers di Jerman, yang kemudian diadaptasi Disney. Dalam versi ini, Putri Tidur jatuh tertidur karena kutukan penyihir jahat dan hanya bisa dibangunkan oleh ciuman cinta sejati. Perubahan ini membuat kisahnya lebih romantis dan cocok untuk anak-anak, meski tetap mempertahankan pesan moral bahwa kesabaran dan kebajikan akan mendapatkan kebahagiaan pada akhirnya.

5. Jack dan Kacang Ajaib: Inggris dan Variasinya

Dongeng Jack and the Beanstalk berasal dari Inggris dan menceritakan seorang anak laki-laki miskin yang menukar sapinya dengan kacang ajaib. Pohon kacang itu tumbuh menjulang ke langit, membawa Jack ke dunia raksasa yang memiliki emas dan harta karun. Jack mencuri dari raksasa dan akhirnya membunuhnya dengan menebang batang pohon kacang.

Namun, ada banyak perdebatan moral dalam cerita ini. Apakah Jack benar-benar seorang pahlawan, atau hanya pencuri yang beruntung? Beberapa versi lain di Eropa menggambarkan Jack sebagai anak cerdas yang harus bertahan hidup, sementara yang lain mempertanyakan moralitasnya karena mencuri dan membunuh demi keuntungan sendiri.

6. Hansel dan Gretel: Kisah Serupa di Rusia

Dalam dongeng Jerman, Hansel and Gretel bercerita tentang dua anak yang tersesat di hutan dan menemukan rumah permen yang dihuni oleh penyihir jahat. Mereka harus menggunakan kecerdikan untuk melarikan diri dan kembali ke rumah. Kisah ini mencerminkan kekhawatiran akan kelaparan dan pengabaian anak pada zaman dahulu.

Sumber: reddit