Akademi dari Sepuluh Negara Bahas Transaksi Digital di FISIP UB, Keamanan dan Dampak Budaya jadi Sorotan

Akademi dari Sepuluh Negara Bahas Transaksi Digital di FISIP UB, Keamanan dan Dampak Budaya jadi Sorotan

Para peserta konferensi internasional dari berbagai negara--fisip.ub.ac.id

LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Transaksi digital yang makin meluas penggunaannya di masyarakat menjadi perhatian dari kalangan akademisi. Terutama, transaksi digital di level internasional.

Untuk itu, para akademi dari sepuluh negara, bersama-sama membahas isu tersebut dalam Konferensi InternasionalDigital Transaction in Asia VI.” Kesepuluh negara itu adalah Australia, India, Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam, Inggris, Laos, Hong Kong dan tuan rumah, Indonesia.

Konferensi ini diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) bekerjasama dengan The University of Queensland, Australia. Berlangsung selama tiga hari, 22-24 Januari 2025.

Acara diselenggarakan di Gedung C Kampus FISIP UB, serta juga bisa diikuti secara daring. 

Konferensi ini menghadirkan sejumlah pembicara utama ternama. Di antaranya Prof. Heather Horst dari Western Sydney University, Associate Prof. Elske van de Fliert dari The University of Queensland, dan Prof. Anang Sujoko, S.Sos., M.Si., D.COMM yang adalah Dekan FISIP UB.

Dampak dan Keamanan Transaksi

Dalam presentasinya, Prof. Anang Sujoko menyoroti pentingnya memahami transaksi digital dari berbagai perspektif. Transaksi digital, menurut dia memiliki dampak luas, termasuk implikasi sosial, budaya, ekonomi, hingga politik.

"Misalnya, dalam sektor transportasi online, kita melihat bagaimana ada eksploitasi pekerja oleh platform digital. Di satu sisi, teknologi memudahkan masyarakat, namun di sisi lain terdapat pergeseran budaya yang perlu dicermati,” jelasnya.

Menurut Prof. Anang, perlu kebijakan yang komprehensif untuk memastikan keamanan transaksi digital. Terutama di tingkat internasional.

"Kebijakan keamanan transaksi digital saat ini masih belum memadai di tingkat internasional," katanya.

Untuk itu, Prof. Anang berpendapat, pemerintah harus berperan lebih aktif dalam memastikan keamanan transaksi digital bagi semua pihak.

"Jika tidak ada kebijakan yang memadai, maka peran masyarakat sipil harus diperkuat dan literasi digital harus terus ditingkatkan,” paparnya.

Menjangkau Kalangan Non Perbankan

Selain paparan Prof. Anang Sujoko, sebanyak 40 makalah lain dipresentasikan dalam berbagai panel. Makalah-makalah tersebut, mengupas tuntas aspek-aspek penting dari transaksi digital di Asia, mulai dari dampak sosial, budaya, ekonomi, hingga politik.

Sumber: fisip.ub.ac.id