Gen Z Takut Menikah? Ini Sederet Alasannya
Ilustrasi menikah anak muda jaman sekarang--Tazqia Aulia Zalzabillah
Sementara itu, Zuhdi (38), seorang karyawan pabrik swasta, memilih untuk tetap melajang dan menikmati hidup tanpa ketergantungan pada pasangan.
Bagi Zuhdi, kebahagiaan pribadi dan kemandirian adalah prioritas utama, meskipun ia tidak menutup kemungkinan untuk menikah jika bertemu dengan pasangan yang tepat.
Selain faktor-faktor pribadi, trauma dari hubungan masa lalu juga memainkan peran penting.
Sebagian dari mereka yang mengalami pengalaman patah hati, kegagalan hubungan, atau menyaksikan ketidakbahagiaan dalam pernikahan orang tua cenderung lebih berhati-hati dalam membangun hubungan baru.
Persentase Pernikahan Anak Muda per 2014-2023
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mendukung fenomena penurunan minat menikah di kalangan anak muda Indonesia.
Berdasarkan laporan BPS, mayoritas pemuda Indonesia (16–30 tahun) berstatus belum menikah, mencapai 68,29 persen pada Maret 2023.
Angka ini menunjukkan peningkatan yang konsisten sejak 2014, di mana pada tahun tersebut 54,11 persen pemuda berstatus belum menikah.
Sementara itu, persentase pemuda yang berstatus kawin mengalami tren penurunan, dari 44,45 persen pada 2014 menjadi hanya 30,61 persen pada 2023.
Tren ini tidak hanya mencerminkan perubahan gaya hidup, tetapi juga respons terhadap kondisi ekonomi yang semakin menantang. Rata-rata upah per bulan pada 2023 tercatat sebesar Rp3,17 juta, naik 3,5 persen dari tahun sebelumnya. Namun, kenaikan pengeluaran bulanan mencapai 9,35 persen pada periode yang sama, yang berarti bahwa pengeluaran meningkat lebih cepat daripada pendapatan.
Kesenjangan ini mempersempit ruang bagi generasi muda untuk menyisihkan uang sebagai modal pernikahan dan kehidupan rumah tangga. (*)
Sumber: google trends