Kisah Sonja Zubaidah, Anak Adopsi Indonesia-Belanda, Menginspirasi Orang Tua Asuh di Kota Malang

Kisah Sonja Zubaidah, Anak Adopsi Indonesia-Belanda, Menginspirasi Orang Tua Asuh di Kota Malang

Foto bersama usai kegiatan antara Pondok Parenting Harum, Orang Tua Asuh, Dinsos P3AP2KB, Narasumber dan Para Relawan dari Belanda-Metta/Disway Malang-

BLIMBING, DISWAY MALANG.ID-- Sonja Zubaidah adalah contoh ideal anak hasil adopsi. Mendapatkan keluarga baru yang berbeda ras namun membesarkannya penuh kasih sayang. Serta, tetap dapat menjalin hubungan baik dengan keluarga kandungnya. Kisah hidupnya menjadi inspirasi banyak keluarga adopsi. Termasuk yang hadir di aula Dinas Sosial P3AP2KB, Jalan Sulfat, Malang, Sabtu (21/12), dalam pertemuan yang diselenggarakan Harum Family Center.

Di hadapan 15 orang tua asuh, Sonja yang kelahiran Jawa Tengah 42 tahun lalu itu mengisahkan hidupnya. Sonja diadopsi oleh pasangan Belanda saat berusia dua bulan, lalu dibawa ke Belanda. Di sana Sonja tumbuh berkembang penuh dengan kasih sayang dan dukungan dari orang tua asuhnya.

Ia juga mengenang, orang tua asuhnya selalu terbuka mengenai asal-usulnya dan memperkenalkan budaya Indonesia sejak ia masih kecil. Bahkan mereka mengajaknya berkunjung ke negeri tempatnya lahir.  

Pada usia 17 tahun, Sonja pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia. “Saya diajak mengenal budaya, kuliner, dan keindahan alam Indonesia. Orang tua saya sangat bangga menunjukkan bahwa inilah tempat saya berasal,” ujar Sonja.

Saat berusia 26 tahun, Sonja memutuskan bertemu dengan keluarga biologisnya di Indonesia. Orang tua asuhnya mendukung penuh keputusan tersebut. 

Tahun 2008, terjadilah pertemuan emosional Sonja dengan ibu kandung dan kakak laki-lakinya. Meski ia baru mengetahui bahwa dirinya memiliki seorang kakak laki-laki, di pertemuan pertama itu hubungan mereka segera terjalin erat. Mereka terus menjaga komunikasi hingga kini, saling bertukar kabar dan cerita kehidupan, meski sekarang ibu kandungnya sudah meninggal. 

Di Belanda, Sonja juga memiliki dua saudara yang juga sangat dekat dengannya. Jos, kakak laki-lakinya adalah anak kandung orang tua asuhnya. Mereka tumbuh bersama dengan persaudaraan yang erat. Usia mereka yang hanya terpaut satu tahun membuat keduanya berbagi banyak momen dan saling mendukung satu sama lain. Selain Jos, Sonja juga memiliki adik perempuan bernama Esther, yang diadopsi dari Sri Lanka. 

Hubungan dirinya dengan saudara-saudaranya sangat dekat. Tidak hanya di Belanda, bahkan saudaranya di Indonesia pun sering bertukar kabar dengan saudara lainnya di Belanda.

Nilai Cinta dan Kejujuran

Kisah Sonja menjadi penguat bagi para orang tua asuh yang hadir, bahwa cinta dan dukungan tanpa syarat dapat membentuk anak menjadi pribadi yang tangguh.

Dalam acara ini, Sonja menekankan dua nilai yang ia pelajari dari orang tua asuhnya, yaitu kejujuran dan dukungan tanpa pamrih. “Ibu kandung memberiku kehidupan, tetapi orang tua asuhku memberiku kesempatan untuk bertahan dan tumbuh menjadi wanita seperti sekarang ini,” ujar Sonja penuh rasa syukur. 

Kehidupan Sonja di Belanda, sebagai seorang polisi dan jaksa, serta hubungan baiknya dengan kedua keluarga, baik yang biologis maupun yang asuh, menjadi contoh nyata bahwa cinta sejati tidak mengenal batas darah. 

“Melihat saya sehat dan tumbuh bahagia hingga sekarang, saya sangat bersyukur. Orang tua saya selalu mendukung, mencintai, dan tidak pernah memaksakan apa pun, mulai dari pendidikan, keyakinan, dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Membangun Kekeluargaan 

Sumber: